Santer Boikot Produk Israel, Pengusaha Ini Nangis Omzet Drop 60 Persen, Gaji Pekerja Mayoritas Muslim Terancam

18 November 2023, 10:54 WIB
BOIKOT PRODUK ISRAEL. Sejumlah pengunjukrasa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) /Antara

INDOTRENDS.ID - Santer Boikot Produk Terafiliasi Israel, Pengusaha Indonesia Ini Nangis Omzet Drop 60 Persen, Gaji Karyawan Mayoritas Muslim Terancam Tak Terbayar. 

Sang pengusaha merasa heran, karena bahan-bahan baku produk yang dia hasilkan berasal dari dalam negeri, kebanyakan karyawannya muslim, tapi produknya ikutan kena imbas boikot produk terafiliasi Israel.

"Mengapa produk saya ikut kena boikot?" curhat sang pengusaha. Keluhan dan curhatan itu disampaikan sang pengusaha kepada Dr Quraish Shihab, seorang cendekiawan muslim yang juga ayahanda Najwa Shihab .

Politisi PDIP, Maidestal Hari Mahesa melakukan aksi tunggal mengajak boikot produk pro penjajah Israel di Kota Padang.

Sang ulama tafsir Al-Quran, Prof Muhammad Quraish Shihab menyatakan duka cita dan simpati mendalam atas penindasan keji yang dirasakan bangsa Palestina oleh Israel. Ia pun mendukung seruan boikot produk terafiliasi Israel, namun jangan sampai berimbas pada produk-produk Indonesia yang tidak ada kaitan dengan Israel sama sekali. 

Pendek kata, ia menganjurkan kepada Majelis Ulama Indonesia atau MUI agar fatwa boikot produk terafiliasi Israel lebih jelas dalam memerinci mana yang diboikot mana yang tidak perlu kena boikot. 

Melalui tayangan video di akun Youtube Bayt Al-Quran pada Rabu 15 November 2023, Prof Quraish Shihab menekankan pentingnya doa sebagai langkah pertama yang dapat diambil oleh masyarakat. "Apa yang bisa kita lakukan? Mau ke sana bawa senjata? Gak usah! Yang pertama, yang paling gampang, yang paling gampang kita doa," ujarnya.

Ilustrasi - Penjualan turun 60 persen sabagai dampak dari aksi boikot produk afiliasi dengan Israel Freepik

 

Ia lantas menyampaikan kisah seorang pengusaha yang datang kepadanya, mengeluh bahwa bisnisnya mengalami penurunan penjualan akibat anjuran boikot padahal pengusaha tersebut harus menghidupi karyawan-karyawannya yang kebanyakan beragama Islam.

"Pak Quraish, saya diboikot, 60 persen penjualan saya menurun. Saya itu beri gaji orang-orang Muslim. Bahan-bahan yang saya buat itu dari bahan-bahan yang ada dalam negeri, apa saya juga harus diboikot?" kata Prof Quraish, mengisahkan.

“Bagaimana? Ini kan problem. Jadi mestinya yang kita boikot itu, saya katakan: kita harus berpikir. MUI yang mengeluarkan fatwa itu harus berpikir menentukan, ini yang kita boikot, ini tidak," ungkap Prof Quraish.

Ia menyoroti pentingnya kebijakan boikot yang cerdas dan selektif, agar tidak merugikan bisnis yang tidak terlibat dalam dukungan terhadap Israel.

Prof Quraish menegaskan bahwa daftar produk yang harus dibuat oleh MUI perlu diperinci dan diperjelas agar masyarakat dapat membuat keputusan yang bijak. Ia menekankan bahwa sementara boikot diperlukan, masyarakat juga perlu mempertimbangkan risiko dan kerugian yang mungkin terjadi.

"Memang pasti ada kerugian. Tetapi itulah risikonya berjuang. Orang di sana itu mati. Bayangkan itu, ibu-ibu, anaknya, cucunya, mati bergelimpangan di jalan. Perjuangan. Di mana solidaritas kemanusiaan kita? Saya tidak berkata solidaritas keislaman kita, manusia," pungkasnya.

Dalam pandangannya, Prof Quraish Shihab menekankan pentingnya pemilihan boikot yang bijak, mengutamakan tujuan kemanusiaan dan keadilan, sambil memahami risiko dan konsekuensinya.

*** (sahat Edi Rediko PS/Pikiran Rakyat)

Artikel diolah dari sumber berita di www.pikiran-rakyat.com

Editor: Dian Toro

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler