HEBOH Berita KDRT Rizky Billar pada Lesti Kejora, Ustadz Adi Hidayat Beberkan Kunci Harmonis, Ini Doanya

- 3 Oktober 2022, 08:34 WIB
Ustad Adi Hidayat: Tiga pesan penting yang terdapat dalam Al-Qur’an, bagi setiap insan beriman, yang menginginkan rumah tangga yang SAMARA.
Ustad Adi Hidayat: Tiga pesan penting yang terdapat dalam Al-Qur’an, bagi setiap insan beriman, yang menginginkan rumah tangga yang SAMARA. / instagram/adihidayatofficial

INDOTRENDS.ID - Heboh berita KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga Rizky Billar dan Lesti Kejora, Ustadz Adi Hidayat beberkan kunci keluarga harmonis.

Dilansir dari kanal YouTube Adi Hidayat Official, disebutkan jika ada tiga pesan penting yang terdapat dalam Al-Qur’an, bagi setiap insan beriman, yang menginginkan rumah tangga yang SAMARA.

1. Niatkan Menikah untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah

Pesan pertama tentang kehidupan rumah tangga yang baik ini, seperti yang telah tertuang dalam Qur’an Surat Ar-Rum ayat 21, yang berbunyi :

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Setidaknya ada dua kata dalam bahasa Arab yang merujuk kepada tanda, yang populer, yaitu :

a. Alamat

Kata ini sebenarnya beraal dari bahasa Arab, lalu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan pengucapan yang sama.

Di mana alamat ini memiliki arti sebuah tanda yang mendekatkan seseorang kepada tujuannya.

b. Ayat

Disebutkan dalam Bahasa Arab, makna pokok tanda, dengan kata ayat, kecuali merujuk pada tanda yang mendekatkan seorang hamba dengan Tuhan.

Ustadz Adi Hidayat menyebutkan bahwa tanda tersebut mengharuskan seorang hamba, membangun kedekatan lebih dengan Allah Subhanahu wa Ta ‘Ala.

Itulah sebabnya mengapa seluruh isi dalam Al-Qur’an kemudian disebut dengan ayat.

Isi dalam Al-Qur’an disebut dengan ayat ini dikarenakan setiap kali kita membacanya, keadaan kita akan semakin dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’Ala.

Seperti yang dimaksudkan dalam Qur’an Surat Al Anfal, ayat 2, yang isinya sebagai berikut :

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Inilah yang menjadi dasar mengapa nama Allah disebutkan sebanyak lima kali, pada setiap pergantian waktu dalam sehari.

Ini dilakukan untuk memberikan ujian, sebagai parameter bagi jiwa setiap umat Muslim, apakah iman dan getaran itu masih ada, ataukah berkurang, atau mungkin sudah hilang sama sekali.

Tapi pointnya di sini, dengan dibacakan ayat-ayat Allah ini, maka bertambahlah keimanan umat Muslim, dan setelah mereka berinteraksi dengan ayat tersebut, hubungannya dengan Allah menjadi semakin dekat.

Kata ayat ini sendiri dalam Al-Qur’an, baik bentuk tunggal maupun jamak, setidaknya disebutkan sebanyak 64 kali.

Kaidah dalam tafsir menyebutkan bahwa, jika ada informasi dalam Al-Qur’an dibuka dengan kata ayat, maka apa yang disampaikan itu harus mampu menjadikan pembaca atau pelaksananya lebih dekat dengan Allah.

Seperti yang terlihat dalam ayat tentang pernikahan, yang informasinya langsung dibuka oleh Allah dengan kata ayat dalam bentuk jamak.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, ini seolah-olah memberi kesan kepada umat Muslim, bahwa siapapun yang berumah tangga, jika ingin menjadikannya Sakinah Mawaddah wa Rahmah, maka kunci pertama adalah dengan mengawali niat menikah untuk membangun kedekatan dengan Allah.

Ini juga berlaku bagi pasangan yang telah menikah belasan maupun puluhan tahun.

Karena Al-Qur’an sendiri telah memberikan kesan bahwa tujuan tertinggi dari pernikahan bukan hanya menyatukan cinta dan rindu yang telah lama dipupuk, atau mengenai mengumpulkan harta untuk kebahagiaan sementara.

Ustadz Adi Hidayat mengingatkan, jika ada di antara umat Muslim yang telah berumah tangga sekian waktu lamanya, harta melimpah, kedudukan tinggi, tapi nyatanya sampai saat ini belum mampu membuat kita dekat dengan Allah.

Maka bisa jadi ada yang kurang sempurna dalam kehidupan rumah tangga itu, yang nantinya akan dipertanyakan di kemudian hari.

Adapun cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, kata Ustadz Adi Hidayat, adalah dengan takwa.

Takwa ini sendiri disebutkan sebanyak 240 kali, di mana Allah merinci kata takwa untuk mendapatkan SAMARA dalam kehidupan rumah tangga.

Secara singkat, bentuk tawa yang paling utama telah Allah design dengan ibadah rutin yang dapat meningkatkan kedekatan kepada-Nya, seperti sholat misalnya.

Sebagaimana yang tertuang dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 2, yang berbunyi :

ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Artinya : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

Lantas siapa orang muttaqin, takwa pertama yang disebutkan dalam Al-Qur’an?

Yang dimaksud dengan orang-orang bertakwa itu adalah seperti yang tersirat dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 3, yaitu :

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

Artinya : (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Ustadz Adi Hidayat kemudian menambahkan bahwa banyak persoalan besar, mengecil lalu hilang, ketika diadukan di hamparan sajadah kepada Allah.

Namun tidak sedikit juga masalah kecil yang menjadi semakin besar dan rumit, karena selalu mengedepankan harta benda, kedudukan, dan ego, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ya’qub alaihissalam dalam Qur’an Surat Yusuf ayat 86 berikut :

قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya : Ya'qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”.

2. Jangan Wariskan Sikap yang Kurang Baik

Pesan kedua tentang kehidupan pernikahan yang baik, seperti yang diterangkan dalam Qur’an Surat An-Nisa ayat 19, yakni :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُوا۟ ٱلنِّسَآءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا۟ بِبَعْضِ مَآ ءَاتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّآ أَن يَأْتِينَ بِفَٰحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Dijelaskan oleh Ustadz Adi Hidayat, jika ingin rumah tangga aman dan tenteram, jangan mewariskan sikap yang kurang baik, yang merupakan bawaan karakter sebelum berumah tangga.

Setiap kita pasti punya kekurangan, itu sebabnya Allah menyebutnya dengan zauj, yaitu sesuatu yang tidak sempurna, yang dipasangkan.

Di mana kedua hal yang tidak sempurna ini akan menjadi sesuatu yang baik, jika keduanya dipasangkan bersama.

Sehingga apabila setelah berumah tangga nanti menemukan kekurangan pada pasangan, maka sesuai dengan nasehat dari Al-Qur’an, semuanya harus dibawa dengan sabar dan jangan terbawa amarah.

Karena bisa jadi dibalik yang tidak disukai itu, Allah telah menyiapkan hikmah besar, untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada diri setiap pasangan kita.

Inilah yang merupakan bagian dari takwa, seperti yang dijelaskan dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 237 berikut :

وَإِن طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِن قَبْلِ أَن تَمَسُّوهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ إِلَّآ أَن يَعْفُونَ أَوْ يَعْفُوَا۟ ٱلَّذِى بِيَدِهِۦ عُقْدَةُ ٱلنِّكَاحِ ۚ وَأَن تَعْفُوٓا۟ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۚ وَلَا تَنسَوُا۟ ٱلْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya : Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, maksud dari ayat ini adalah agar pasangan suami-istri tidak menjadikan sengketa yang baru muncul, justru membuat lupa kebaikan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Memaafkan adalah lebih baik, karena itu akan membuat pasangan suami-istri menuju takwa, dan takwa itu lebih mendekatkan pada SAMARA.

Sama ada dengan kewajiban seorang istri, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi wa Sallam berikut :

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR. Ahmad)

3. Minta Ridha, Maaf dan Doa dari Kedua Orang Tua

Pesan ketiga agar pernikahan Sakinah Mawaddah wa Rahmah, terdapat dalam Qur’an Surat Al-Isra ayat 23, yang isinya menjelaskan sebagai berikut :

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa ada baiknya setiap akad nikah selesai, kedua mempelai mendatangi kedua orang tua secara pribadi, bukan sekedar formalitas seperti yang biasa ditampilkan dalam setiap acara pernikahan.

Hal ini dilakukan tentunya untuk meminta ridha, maaf, dan doa dari kedua orang tua, karena dari situlah kemudahan dan keberkahan datang dalam mahligai rumah tangga yang baru akan dibangun.

Barakallahu Laka Wa Baarakaa Alaika Wa Jamaa Bainakumaa Fii Khoir

Wallahu a’lam bishawab.

***

Disclaimer : Sebagian isi artikel mengutip dari Gorontalo.pikiran-rakyat.com dengan pada judul Mau Keluarga Jauh dari Prahara? Ini 3 Pesan Penting di Al-Qur’an Agar Rumah Tangga Bahagia

Editor: Dian Toro

Sumber: gorontalo.pikiran-rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x