BOCORAN! Jawaban PPKN Halaman 26 Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka: Beda Pandangan M Yamin, Soepomo dan Soekarno

5 Agustus 2023, 07:34 WIB
Soekarno, Mohammad Yamin dan Soepomo - Soal dan kunci jawaban PPKN kelas 10 SMA halaman 26 Kurikulum Merdeka Uji Pemahaman Unit 1, Menggali Ide Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara /YouTube/

INDOTRENDS.ID - Pelajari! Bocoran jawaban PPKN atau PKN Kelas 10 SMA atau MA halaman 26 Kurikulum Merdeka Uji Pemahaman Unit 1, Menggali Ide Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara. Bocoran jawaban PPKN Kelas 10 diharapkan bisa membantu belajar siswa SMA dalam mengerjakan soal Uji Pemahaman.

Soal dan Kunci Jawaban PPKN Halaman 26 Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka, Uji Pemahaman Unsplash.com/@isengrapher

Soal dan jawaban PPKN kelas 10 SMA halaman 26 dan 27 kurikulum merdeka Kemdikbud

Simak Soal dan Kunci Jawaban PPKN kelas 10 SMA halaman 26 Kurikulum Merdeka Uji Kompetensi pada Unit 1, Menggali Ide Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara.

a. Bagaimana pandangan Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir Soekarno terhadap negara merdeka? Apa perbedaannya?

Bocoran Jawaban :

BPUPKI dengan ketuanya K.R.T Radjiman Widyodiningrat menggelar dua kali persidangan sebagai upaya untuk mempersiapkan Indonesia merdeka. Sidang pertama membahas mengenai dasar negara Indonesia Merdeka. Adapun 3 tokoh yang memberikan ide itu adalah Moh. Yamin, Supomo, dan Sukarno. Diawali Moh. Yamin, ia berpandangan bahwa konsep untuk Indonesia merdeka yaitu:

1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat

Kemudian muncul pandangan Supomo yang menjelaskan pendapatnya mengenai konsep Indonesia merdeka yaitu:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat.

Dan terakhir pnadangan Soekarno, yakni:

1) Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme
2) Peri Kemanusiaan (Internasionalisme)
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang Maha Esa

Ketiga pendapat tokoh bangsa itu intinya, Moh. Yamin menekankan pada azas dan dasar negara, Supomo menekankan pada intgralistik, sedangkan Sukarno menekankan pada nasionalisme.

b. Menurut kalian, apa yang menjadi kesamaan pemikiran dari pendiri bangsa terhadap pengertian negara merdeka?

Bocoran Jawaban :

Menurut saya yang menjadi sebuah kesamaan dalam pemikiran para pendiri bangsa mengenai pengertian dari negara merdeka yaitu ialah sebuah negara yang di mana pemerintahannya tersebut telah diatur oleh bangsanya sendiri tanpa adanya intervensi dari negara lain.

c. Jelaskan makna dari negara merdeka menurut pandangan kalian sendiri?

Bocoran Jawaban : 

Pendapat saya, merdeka yang memiliki arti sebagai "bebas" dari suatu paksaan ataupun kendali yang dilakukan oleh negara lain. Indonesia adalah negara yang merdeka dengan perjuangan dalam mengusir para penjajah. Karena Indonesia sudah merdeka, bangsa Indonesia telah terbebas dari penjajahan yang pernah terjadi sebelumnya.

d. Bagaimana memaknai proses perancangan dan isi dari rumusan dasar negara yang bernama Mukadimah Hukum Dasar atau yang juga dikenal Piagam Jakarta?

Bocoran Jawaban :

Ketika memaknai proses perancangan dan isi dari rumusan dasar negara yang bernama Mukadimah Hukum Dasar atau yang juga dikenal Piagam Jakarta adalah Menurut Hatta, Indonesia sebagai negara kesatuan memiliki keragaman budaya dan agama beserta para pemeluknya.

Itu sebabnya seluruh umat beragama di Indonesia sebaiknya merasa terwakili dalam rumusan dasar negara.

e. Apa pandangan para pendiri bangsa terkait isi Mukadimah, terutama frase “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”?

Jawaban :

Piagam Jakarta berpandangan terdapat rumusan sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Rumusan ini pada tanggal 18 Agustus 1945 berubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Kesepakatan ini terjadi setelah adanya lobi dari Bung Hatta kepada kelompok Islam yang digawangi Ki Bagus Hadikusumo karena ada utusan kelompok dari tokoh di Indonesia timur yang "mengancam" akan memisahkah diri dari Indonesia bila rumusan sila pertama dalam Piagam Jakarta tetap menggunakan frasa "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".

Pada lobi yang berlangsung di sore hari pada 17 Agustus 1945 sempat terjadi kekhawatiran bila usaha itu akan mengalami kegagalan. Semua tahu akan sikap keras Ki Bagus Hadikusumo yang menganggap rumusan di Piagam Jakarta sudah final dan merupakan jalan kompromi terbaik.

Hatta tak putus asa. Dia kemudian memilih Kasman Singodimedjo untuk melunakkan hati Ki Bagus Hadikusumo. Penunjukan kepada Kasman dianggap paing tepat karena dia juga merupakan teman dekat dari Ki Bagus Hadikusumo.

Pada awalnya Ki Bagus Hadikusumo menolak, bahkan dia merasa dikhianati. Namun, dia kemudian berhasil dibujuk dengan mengingatkan adanya ancaman pemisahan diri dari beberapa tokoh wilayah Indonesia timur tersebut.

Pada akhirnya, dengan nada yang berat, kemudian Ki Bagus bisa menerimanya dengan memberikan syarat dialah yang menentukan rumusan sila pertama Pancasila setelah tujuh kalimat itu dihapus. Ki Bagus tidak memilih kata "ketuhanan" saja, tetapi menambahkannya dengan "Yang Maha Esa" atau menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Selanjutnya di kemudian hari, yakni 70 tahun kemudian, setelah melalui perjuangan yang alot dan berliku, pada 10 November 2015 kelapangan hati Ki Bagus Hadikusumo tersebut baru mendapat pengakuan yang setimpal dari negara dengan pemberian gelar sebagai pahlawan nasional kepadanya.

Akhirnya semua menyadari betapa keras dan tegas sikap Ki Bagus Hadikusumo yang menganggap rumusan di Piagam Jakarta sudah final dan merupakan jalan kompromi terbaik.

***

Editor: Arumi Razeta

Tags

Terkini

Terpopuler