LENGKAP! 7 Puisi Tema Pahlawan dan Perjuangan Karya WS Rendra untuk Sambut HUT Kemerdekaan RI ke-77

- 23 Juli 2022, 14:56 WIB
LENGKAP! 7 Puisi Tema Pahlawan dan Perjuangan Karya WS Rendra untuk Sambut HUT Kemerdekaan RI ke-77
LENGKAP! 7 Puisi Tema Pahlawan dan Perjuangan Karya WS Rendra untuk Sambut HUT Kemerdekaan RI ke-77 /Screenshoot Antaranews

Berikut ini 7 puisi karya W.S Rendra bertema pehlawan atau perjuangan yang cocok dibacakan saat menyambuut HUT Kemerdekaan RI ke-77.

1. Lagu Seorang Geriliya
(Karya: W.S. Rendra)

Engkau melayang jauh, kekasihku
Engkau mandi cahaya matahari
Aku di sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusaka.
Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
engkau berkudung selendang katun di kepalamu
Engkau menjadi suatu keindahan
Sementara dari jauh,
Resimen tank penindas terdengar menderu.
Malam bermandi cahaya matahari,
kehijauan menyelimuti medan perang yang membara.
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,
engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu.
Peluruku habis
dan darah muncrat dari dadaku.
Maka di saat seperti itu,
kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
bersama kakek-kakekku yang telah gugur
di dalam berjuang membela rakyat jelata

Baca Juga: INILAH 60 Ide Lomba 17 Agustus yang Unik, Heboh, dan Anti Mainstream untuk Merayakan HUT Kemerdekaan RI

2. Dongeng Pahlawan
(Karya: W.S. Rendra)
Pahlawan telah berperang dengan panji-panji
berkuda terbang dan menangkan putri.
Pahlawan kita adalah lembu jantan
melindungi padang dan kaum perempuan.
Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra.
Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula.
Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati.

3. Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang
(Karya: W.S. Rendra)

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Halaman:

Editor: Arumi Razeta


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah