APA Penyebab Perang Palestina vs Israel? Inilah Kronologi Sejarah Pemicu Konflik Israel-Palestina

21 Oktober 2023, 21:47 WIB
Kronologi dan sejarah panjang konflik Israel-Palestina, perang yang sudah berlangsung lebih dari 100 tahun /Pixabay

INDOTRENDS.ID - Apa Penyebab Perang Palestina vs Israel? Inilah Kronologi Sejarah Pemicu Konflik Israel-Palestina

Telah sejak lama kemelut perang Israel vs Palestina menjadi keprihatinan dunia. Karena perang tidak hanya membuat dua negara berkonflik panjang, tapi juga memicu kubu-kubuan sejumlah negara, ada yang mendukung Israel, sebagian menyokong Palestina.

Kedua negara sudah berkonflik selama 100 tahun lebih, tepatnya pada tanggal 2 November 1917.

Bahkan PBB pun turut terlibat dengan mengeluarkan berbagai resolusi untuk mengakhiri konflik namun solusi damai belum dapat dilaksanakan. Indonesia termasuk salah satu negara yang mendukung perdamaian dunia melalui penyelesaian konflik Israel-Palestina.

Meski begitu, perang dan konflik kedua negara ini pun belum memiliki tanda-tanda kearah yang paling ideal, yaitu PERDAMAIAN. Konflik Israel-Palestina adalah salah satu konflik paling berkepanjangan dan paling kompleks di dunia modern.

Ini memiliki akar sejarah yang mendalam lebih dari satu abad dan terus mempengaruhi kehidupan jutaan orang di Timur Tengah. Untuk memahami ketegangan dan kekerasan yang sedang berlangsung di wilayah ini, kita harus melihat lebih dalam kepada faktor-faktor sejarah, politik, dan budaya yang telah berkontribusi pada konflik Israel-Palestina.

Tentara Israel membom pemukiman penduduk Gaza. Foto/Parstoday

Kronologi Konflik Israel Palestina

Dikutip dari channel YouTube History On Map, Akar konflik Israel-Palestina dapat ditelusuri kembali ke akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika gerakan Zionisme, yang berusaha untuk membangun tanah air Yahudi, mulai mendapatkan momentum.

Pamphlet The Jewish State yang ditulis oleh Theodor Herzl (1860-1904), seorang Yahudi Austria-Hungaria, sering dilihat sebagai dokumen dasar Zionisme politik modern.

Tujuan gerakan ini adalah untuk membangun tanah air Yahudi di Palestina, yang pada saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman. Selama berabad-abad, wilayah Palestina dihuni oleh mayoritas penduduk Arab, termasuk Arab Palestina, komunitas Yahudi dan Kristen.

Ketegangan mulai meningkat di wilayah ini seiring dengan meningkatnya imigrasi Yahudi ke Palestina. Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris pada Perang Dunia I, menyatakan dukungan untuk pembentukan “rumah nasional bagi orang Yahudi” (national home for the Jewish people) di Palestina.

Deklarasi ini semakin memperburuk konflik tentang tanah dan identitas antar komunitas di wilayah Palestina.

Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel terhadap rumah-rumah di Jabalia di Jalur Gaza utara, 19 Oktober 2023. Anas al-Shareef

Nasionalisme dan Identitas

Nasionalisme memainkan peran penting dalam konflik Israel-Palestina. Kebangkitan gerakan nasionalis Yahudi dan Palestina berkontribusi pada bentrokan identitas dan aspirasi.

Nasionalisme Yahudi atau Zionisme berusaha untuk menciptakan negara Yahudi di Palestina, sementara nasionalisme Palestina bertujuan untuk mempertahankan identitas Arab dan hak mempertahankan tanah mereka.

Pasa periode Perang Dunia, imigrasi Yahudi ke Palestina meningkat dan ketegangan pun meningkat saat komunitas Palestina dan Yahudi mulai bersaing untuk menguasai tanah Palestina.

Perebutan wilayah dan identitas ini memperdalam jurang antara Yahudi dan Palestina dan pada ujungnya meletakkan dasar bagi konflik berkepanjangan dan berdarah di masa-masa berikutnya.

Pembagian Palestina dan Pembentukan Israel

Keputusan PBB untuk membagi Palestina pada tahun 1947 menjadi negara Yahudi dan negara Arab yang terpisah menandai titik balik dalam konflik Israel-Palestina.

Pemisahan ini diterima oleh pemimpin Yahudi, tetapi ditolak oleh pemimpin Arab. Akibatnya, terjadi perang besar antara pasukan Yahudi dan pasukan Arab. Pada tahun 1948, negara Israel secara resmi didirikan.

Ini mengakibatkan pengusiran massal sekitar sejuta warga Arab Palestina dari tanah mereka dan penciptaan negara mayoritas Yahudi di tanah Palestina.

Peristiwa ini, yang dikenal sebagai Nakba (catastrophe; malapetaka), sampai kini menjadi kenangan yang sangat menyakitkan bagi Palestina.

Aki unjuk rasa di Bandung memprotes penyerangan Israel ke Palestina

Perang Arab-Israel

Konflik Arab-Israel tidak berakhir dengan pengusiran massal warga Palestina dan penciptaan negara Israel pada 1948.

Terjadi beberapa kali perang Arab-Israel, seperti Perang Enam Hari 1967 dan Perang Yom Kippur tahun 1973, yang membuat situasi semakin suit dan menyebabkan perubahan wilayah Palestina.

Pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Jalur Gaza pada tahun 1967 menciptakan ketegangan dan perlawanan yang berkelanjutan dari kelompok-kelompok Palestina.

Pada masa inilah muncul Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Hamas.

Upaya Perdamaian

Selama beberapa dekade, banyak upaya internasional telah dilakukan untuk mencapai solusi damai atas konflik Israel-Palestina. Perjanjian Oslo 1993 menciptakan Otoritas Palestina dan peta jalan negosiasi.

Namun, perjanjian damai berikutnya seringkali gagal menghasilkan resolusi akhir.

Isu-isu inti, seperti status Yerusalem, hak kembalinya pengungsi Palestina, dan perbatasan negara Palestina-Israel, tetap kontroversial dan belum menemukan titik-temu.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konflik Israel-Palestina sangat berakar pada faktor-faktor sejarah, politik, budaya yang telah membentuk Timur Tengah modern dan intervensi Barat.

Memahami asal-usulnya sangat penting untuk menemukan jalan menuju perdamaian dan koeksistensi.

Sejarah konflik yang kompleks, peran nasionalisme, dan perjuangan untuk memperoleh wilayah oleh kedua pihak terus menantang para pemimpin dan organisasi internasional untuk bekerja menuju penyelesaian yang berkelanjutan.

Terlepas dari tantangan yang luar biasa ini, tetap menjadi kewajiban moral bagi dunia untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan yang memenuhi hak-hak dan aspirasi yang sah dari kedua pihak, warga Israel dan warga Palestina.

*** (Siti Nurjanah/Teras Gorontalo)

Diolah dari sumber berita gorontalo.pikiran-rakyat.com

Editor: Dian Toro

Sumber: Teras Gorontalo

Tags

Terkini

Terpopuler