INDOTRENDS.ID - Frustasi berat tinggal di pengungsian tanpa air dan listrik, keluarga di Gaza Ini memilih balik ke rumah yang hancur dirudal Israel.
Padahal rumah kediaman keluarga di Gaza ini sudah hancur lebur tinggal reruntuhan, listrik pun padam, pasokan air bersih juga sulit. Bagi bagi keluarga ini, lebih baik tinggal di reruntuhan rumah sendiri daripada kehidupan di pengungsian yang tak kalah mengerikan.
Keluarga itu adalah keluarga Khaled Naji yang kini berusaha bertahan hidup di bawah puing reruntuhan rumahnya. Sebelum serangan penjajah Israel menghancurkan rumahnya, keluarga Khaled Naji telah menerima kabar bahwa rumah di lingkungan mereka akan menjadi sasaran. Namun, keluarga itu tidak mengetahui rumah mana yang akan terkena, tetapi kemudian rumah mereka turut menjadi sasaran.
Keluarga Khaled Naji sempat mengungsi ke bangunan sekolah selama 10 hari. Namun, mereka tidak tahan dengan kondisi di tempat tersebut.
“Tidak ada air, listrik, atau privasi. Ini sangat ramai. Jadi kami pergi ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa tetapi situasinya kurang lebih sama,” kata istri Khaled Naji, Siham, dikutip pada Selasa, 21 November 2023.
Hal itu lah yang menjadi alasan mereka untuk memutuskan kembali ke rumah dan tinggal di antara reruntuhan. Menurut mereka, keputusan itu lebih baik.
Mereka pun membersihkan puing-puing dari satu ruangan sebaik mungkin, hingga meletakkan kasur untuk tidur di atasnya. Ruangan itu terlihat tak memiliki pintu maupun jendela.
“Ke mana lagi kami akan pergi, di jalanan di bawah terpal? Jika anak-anak saya tidak meninggal dalam serangan Israel, mereka akan mati karena kedinginan atau karena penyakit apa pun yang mewabah? Saya lebih baik mati di rumah saya dengan bermartabat daripada tinggal di tenda,” ujar Khaled Naji.
Tinggal di Rumah Bagai di Istana
Rumah keluarga Khaled Naji dihuni oleh 15 orang. Rumah itu disebut sebagai karya cinta yang dibangun sendiri selama bertahun-tahun.
“Rasanya seperti tinggal di istanaku sendiri. Seluruh hidup dan impianku ada di rumah ini,” ucapnya.
“Saya sedang dalam proses membangun balkon yang menghadap ke taman. Saya punya rencana membuat kolam renang kecil untuk anak-anak kecil di musim panas,” tuturnya.
Sehari setelah penyerangan, Khaled Naji pun mengamati kondisi rumah kesayangannya itu. Ia menceritakan kembali bagaimana perjuangannya membangun rumah tersebut.
“Bertahun-tahun bekerja itu dituangkan dalam upaya membangun rumah ini dengan tangan saya sendiri, dengan bantuan istri saya. Saya mencampur beton dan merancang tata letaknya serta memilih furnitur terbaik,” katanya.
*** (Egista Hidayah/Pikiran Rakyat)
Berita diatas diolah dari sumber artikel www.pikiran-rakyat.com