Foto Jokowi dan Moeldoko dengan Pegiat Media Sosial Viral, Rocky Gerung Sebut Adanya Peternakan Politik

- 15 Februari 2021, 19:09 WIB
Moeldoko dan Presiden Jokowi
Moeldoko dan Presiden Jokowi /

INDOTRENDS.ID - Baru-baru ini beredar foto Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko dikelilingi dengan sejumlah pegiat media sosial atau diduga Buzzer di Istana Bogor, Jawa Barat.

Foto tersebut sempat viral di media sosial Twitter.

Selain Presiden Jokowi dan Moeldoko, tampak beberapa orang dengan wajah yang tidak asing lagi. Mereka di antaranya Denny Siregar, Permadi Arya atau dikenal dengan Abu Janda, dan Eko Kuntadhi.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Untuk Pelayanan Publik Dimulai Pekan Depan, Jokowi: Yang Mobilitas Tinggi Didahulukan

Adapun Foto Bareng tersebut diketahui diunggah di media sosial oleh akun bernama @EnggalPMT.

Keberadaan foto tersebut mengundang reaksi pengamat politik Rocky Gerung. Ia pun menyindir soal adanya buzzer politik.

"Saya mau lihat bahwa yang digambarkan semacam peternakan politik, karena berjajar di situ ternak,"  katanya dalam tayangan video YouTube pada kanal Rocky Gerung Official, dikutip Senin 15 Februari 2021.

Baca Juga: Soal Pernyataan 'Mengkritik Tanpa Dipanggil Polisi' Disalahartikan Buzzer dan Politisi, JK: Bodoh Benar!

"Jadi ada peternakan buzzer dan wajah-wajah di belakang Presiden, Moeldoko, segala macam, itu wajah yang terlihat feodalistik," lanjutnya

Rocky Gerung menyebut buzzer adalah perbudakan politik.

"Nah ini yang saya sebut perbudakan. Buzzer itu perbudakan politik. Foto itu foto para budak politik yang bersembunyi tapi ditemukan juga," tambahnya.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Serahkan 1500 Paket Sembako Hingga Ribuan Alat Kesehatan Untuk Korban Banjir Subang

Akademisi ini pun menyebut adanya simbiosis antara buzzer dan kekuasaan.

"Ini bertemu simbiosis politik antara pengasuh budak dengan budak politik."

"Ini yang akan diingat orang. Indonesia pernah mengalami perbudakan padahal perbudakan peristiwa di Amerika berakhir 200 tahun lalu. Demokrasi tidak mengehendaki perbudakan tapi kesetraaan informasi," tandasnya.***(Galamedia/Dicky Aditya)

 

Editor: Lilis Maryati

Sumber: Galamedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah