Ini semua bisa terjadi sebagai akibat gempa magnitudo 8,7 di lepas pantai Kabupaten Trenggalek.
Pemda Trenggalek dan masyarakat sekitar diharapkan sedini mungkin melakukan mitigasi.
Ini potensi risiko, bukan sesuatu yang pasti, kapan persisnya hal itu terjadi, tidak ada yang tahu.
Berdasarkan kajian tim ahli BMKG, potensi terburuk bencana tsunami tersebut bisa mencapai ketinggian 29 meter di perairan Selatan Jawa Timur.
Sebagaimana dikutip IndoTrends.ID dari Ringtimes Banyuwangi dalam artikel BMKG Peringatkan Potensi Gempa Magnitudo 8,7 dan Tsunami 29 Meter di Jawa Timur, bencana tsunami tersebut terjadi karena dipicu gempa magnitudo 8,7 di sekitar lepas pantai perairan Kabupaten Trenggalek.
BMKG menegaskan bahwa ini adalah potensi, bukan prediksi yang pasti, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu.
Untuk itu, BMKG mengimbau agar melakukan upaya mitigasi struktural dan kultural dengan membangun bangunan gempa dan tsunami.
Pemerintah Daerah dengan dukungan Pemerintah Pusat dan Pihak Swasta menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi yang layak dan memadai.
Sementara itu, BPBD memastikan sistem peringatan dini di area rawan beroperasi dengan layak dan terjaga selama 24 jam setiap hari untuk meneruskan peringatan dini dari BMKG.
“Hasil analisis kami untuk wilayah Jawa Timur, seluruh pesisir itu potensinya tinggi maksimum itu adalah 26 sampai 29 meter,” kata Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG.
“Di Kabupaten Treanggalek itu tinggi maksimumnya, dan waktu tiba tercepat, datangnya tsunami paling cepat 20-24 menit di Kabupaten Blitar,” lanjutnya.
Pemerintah Daerah dengan pihak terkait perlu membangun kapasitas mesyarakat atau edukasi masyarakat untuk melakukan response penyelamatan diri secara tepat saat terjadi gempa bumi dan tsunami.
Editor: Arumi Razeta
Sumber: Ringtimes Banyuwangi