TERUNGKAP! Penyebab Shinta Ratri, Pemimpin Ponpes Kaum Waria Meninggal, Baru Saja: 'Semoga Jiwanya Diberkati'

- 1 Februari 2023, 12:22 WIB
 berita duka cita hari ini, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun! Pemimpin Pondok Pesantren Wari Shinta Ratri meninggal, serangan jantung
berita duka cita hari ini, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun! Pemimpin Pondok Pesantren Wari Shinta Ratri meninggal, serangan jantung /frontlinerdefenders.org / Instagram/

 

 

INDOTRENDS.ID - Terungkap, penyebab Shinta Ratri, pemimpin pondok pesantren kaum waria, meninggal dunia, baru saja, Dede Oetomo dan Ammar Alfikar berduka cita: Semoga jiwanya diberkati. 

berita duka cita hari ini, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun! Pemimpin Pondok Pesantren Waria Shinta Ratri meninggal dunia hari ini Rabu 1 Februari 2023 di Yogyakarta, dikabarkan karena serangan jantung.

berita duka cita hari ini yang mengagetkan itu dibenarkan oleh pendiri komunitas GAYA Nusantara, Dede Oetomo. "Benar (Ibu Shinta Ratri meninggal dunia)," kata Dede Oetomo kepada awak media Rabu 1 Februari 2023.

"Selamat jalan Bu Shinta, semoga husnul khotimah, diampuni dosa, diterima arwahmu oleh Allah SWT," doa muncul dari sebuah akun di Instagram.

Jenazah Shinta Ratri akan jalani prosesi pemakaman digelar di pondok pesantren waria pada pukul 14.00 WIB hari ini jam 14.00 WIB.

Riwayat hidup Shinta Ratri diabdikan untuk pesantren Al Fatah bersama enam orang waria lainnya dan hingga akhir hayatnya sudah berkembang sekitar 40-an waria yang bergabung di pesantren itu.

Front Line Defenders, organisasi internasional untuk perlindungan pembela Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbasis di Irlandia pernah memberi penghargaan kepada Shinta Ratri sebagai pejuang HAM.

Meninggalnya Shinta Ratri dalam usia 61 tahun juga menjadi duka bagi sesama aktivis yakni Amar Alfikar yang menyampaikan berita duka cita hari ini lewat akun Twitter pribadinya.

"Shinta Ratri, aktivis HAM, perintis waria Muslim di Indonesia, dan kepala sekolah waria di Yogyakarta, meninggal dunia hari ini," tulis Amar, Rabu (1/2/2023).

"Semoga jiwanya diberkati, dan perjuangannya dilanjutkan oleh orang lain," doa Alfikar.

Shinta Ratri selama ini dikenal sebagai sosok transpuan yang kerap menyuarakan hak orang-orang yang mengalami perubahan gender seperti dirinya.

Ia mendirikan Ponpes Al-Fatih di Yogyakarta jadi salah satu bukti perjuangannya kepada kaum waria agar tetap bisa beribadah dan mematuhi ajaran agama dan menjauhi larangannya.

Berikut ini sejumlah fakta sosok Shinta Ratri dan kisah Ponpes Waria

Ia mendirikan Ponpes Waria pada 2014 itu telah memiliki lebih dari 40 santri yang kebanyakan waria, berusaha berbaur dengan masyarakat termasuk mengisi ilmu agama juga pengetahuan.

Kegiatan agama digelar hari Minggu dan Senin sementara Hari Minggu untuk pembelajaran Al-Quran, sedangkan untuk waria yang masih dalam tahap pembacaan iqro'.

Pendirian Ponpes Al-Fatih khusus waria memang sempat menimbulkan kontroversi tapi dia tetap teguh dengan pendiriannya.

Ia pernah berkata, manusia tidak bisa memilih jenis kelamin saat dilahirkan karena mayoritas waria itu aslinya dilahirkan laki-laki tapi memiliki kodrat sebagai perempuan.

Dampaknya, mereka terusir dan sebagian tidak diterima keluarganya.

"Konflik ini yang berbahaya, dia kehilangan banyak termasuk budi pekerti mungkin, dan terutama kehilangan agama.

Maka dari itu saya membangun ponpes ini agar mereka tetap pada jalur agama yang mereka anut," Shinta Ratri berargumentasi, suatu ketika.

Berusaha Berbaur agar diterima

Menyadari eksistensi waria sering ditentang masyarakat, Shinta Ratri mengajarkan kepada anak didiknya untuk tetap rendah hati di tengah masyarakat.

"Kami terus mendorong mereka untuk berakhlak dan berbaur dengan warga lainnya. Hal itu pasti sulit. Namun ketika berlaku baik di lingkungan tempat kita hidup, banyak hal yang bisa menerima kami apa adanya," kata dia.

Saat masa sebelum pandemi Covid-19, warga sekitar kerap diundang untuk belajar bersama para waria setiap Sabtu sore. Pembelajaran digelar mulai dari berbahasa inggris, cara memasak, hingga merias wajah.

Shinta Ratru tak memungkiri bahwa mengubah pandangan masyarakat pada waria memang tidaklah mudah.

Terlebih dengan budaya yang dianut di Indonesia saat ini yang menolak gender selain laki-laki dan perempuan.

Meski demikian, ia berharap para santrinya sabar dan kuat keyakinan kuat terhadap agama agar mampu menjaga dan memahami yang baik dan buruk untuk mereka.

***

Editor: Dian Toro


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah