'Janji Metaverse, Jadinya Metafisika' Ledek Profesor Singapura, Jokowi Kemah di IKN, Rocky Gerung: Pertanda!

14 Maret 2022, 16:29 WIB
Prosesi Penyatuan Tanah dan Air Nusantara Resmi Telah Selesai, Presiden Jokowi: Ini Sebuah Cita-cita Besar /Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden

INDOTRENDS.ID - "Janjinya metaverse, jadinya metafisika," ledek seorang professor Singapura saat Presiden Jokowi berkemah di Penajam Kalimantan Timur, lokasi Ibu Kota Negara Indonesia yang baru.

Mengapa profesor Singapura meledek seperti itu ke Jokowi?

Rocky Gerung pun ikutan berceloteh, seperti biasanya, menyorot aksi presiden di Titik Nol IKN. 

Ia menyebut ada satu pertanda dari yang dilakukan Jokowi. Pertanda apa?

Berawal dari Associate Profesor Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Prof. Sulfikar Amir ledek Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait ritual Kendi Nusantara yang akan dilakukan di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.

Ritual Kendi Nusantara itu rencananya akan dilakukan Jokowi bersama 33 gubernur se-Indonesia pada Senin, 14 Maret 2022.

Dalam ritual tersebut, Jokowi menginstruksikan para gubernur membawa 1 liter air dan 2 kilogram tanah dari provisi masing-masing.

Menanggapi hal ini, Sulfikar Amir berikan sindiran kepada Jokowi.

Dalam cuitan akun Twitter pribadinya pada Minggu, 13 Maret 2022 kemarin, Sulfikar Amir menyebut ritual yang dilakukan Jokowi sebagai metafisik.

"Janjinya metaverse, jadinya metafisika," kata Sulfikar Amir melalui akun Twitter @sociotalker.

Sementara itu, Pengamat politik Rocky Gerung melihat ritual yang dilakukan orang nomor satu di Indonesia itu sebagai hal yang normal dilakukan berdasarkan antropologi bangsa.

"Tapi oke, itu semacam pertanda biasa saja. Dalam antropologi bangsa ini, selalu ada hal-hal yang sifatnya mistis. Mistis dalam pengertian tidak bisa dicerna oleh akal, tapi mungkin energinya begitu," kata Rocky Gerung, dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Senin, 14 Maret 2022.

Menurut Rocky Gerung, apa yang dilakukan Jokowi itu memberikan kesan ada perubahan terhadap perencanaan proyek IKN Nusantara.

Rocky Gerung menilai air dan tanah yang dibawa 33 gubernur se-Indonesia merupakan simbol bahwa manusia berasal dari tanah.

Ritual Kendi Nusantara di IKN Penajam Paser Utara Kalimantan Timur mendapat sindiran dari profesor NTU Singapura

Namun menurut Rocky Gerung hal tersebut justru bisa disalah tafsirkan oleh publik.

"Tapi nanti orang tafsirkan, jangan-jangan sebetulnya yang disebut air itu pengganti minyak goreng dan tanah adalah simbol dari lahan sawit. Kan bisa gitu orang tafsirkan," ujarnya.

"Semua tafsir bisa terjadi justru karena kita nggak nangkap apa sebetulnya maknanya," tambah Rocky Gerung yang dikutip dari Seputar Tangsel dari artikel berjudul Jokowi Diledek Profesor Asal Singapura Soal Ritual di IKN Nusantara, Rocky Gerung: Presiden Bisa Dijatuhkan...

Mantan Dosen Filsafat itu mengatakan, ritual yang dilakukan Jokowi di IKN Nusantara adalah bagian dari budaya Jawa.

Karenanya ia menuturkan, seharusnya Jokowi tidak hanya membawa simbol dari satu etnis saja karena dikhawatirkan akan menimbulkan dampak buruk.

"Jawanisasi bagus saja kalau itu dimaksudkan untuk menghasilkan pengertian-pengertian sublim tentang kehidupan.

Tapi ini ibukota, ini proyek nasional, namanya Nusantara, tapi ngapain pakai simbol-simbol dari satu etnis saja? Itu juga bahayanya tuh," ucapnya.

Lebih lanjut, Rocky menilai bahwa membawa hal-hal mistis di IKN Nusantara salah tempat. Pasalnya, proyek tersebut erat kaitannya dengan teknologi dan APBN.

Gentong Nusantara di Titik Nol IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. ANTARA FOTO

Selain itu, menurutnya Presiden sebagai simbol politik jangan mencampuri simbol-simbol kultural.

"Dia salah tempat. Karena mitisisme itu mestinya ada seorang petinggi adat yang kemudian datang ke situ, mengundang.

Ini bukan Presiden, Presiden itu orang yang bisa dijatuhkan setiap saat. Kalau petinggi adat kan dihormati karena wibawanya. Kalau presiden, kalau legitimasinya turun, seluruh ritual itu juga nggak ada gunanya kan," tuturnya.

Pendiri Setara Institute itu melihat, ritual yang dilakukan Jokowi justru menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan Presiden rendah.

"Sekarang Presiden Jokowi tingkat kepercayaannya rendah sekali.

Ngapain mesti di-build out dengan ritual semacam itu? Itu juga ajaib. Bagaimana pun, beliau adalah seorang tokoh politik, maka sinyal politik mendahului sinyal local wisdom dari bumi Kalimantan," tegasnya.

*** (H Prastya/Seputar Tangsel)

Editor: Dian Toro

Sumber: Seputar Tangsel

Tags

Terkini

Terpopuler