MENGAPA Politik Identitas Merusak dan Sangat Berbahaya saat Pemilu? 4 Pakar Politik Jelaskan, Betapa Ngeri!

- 5 November 2023, 20:28 WIB
Ilustrasi politik identitas
Ilustrasi politik identitas /Pixabay/PublicDomainPictures

Alasan politik identitas berbahaya ketika dipraktikkan dalam momen Pemilu adalah hal itu bisa menyebabkan terpecahnya masyarakat, pengotakan kepentingan, hingga manipulasi politik dan diskriminasi. Isu sebelumnya sudah muncul dalam dunia modern utamanya semenjak muncul di media Huntington tahun 1993 dalam tulisan “Clash of Civilizations”.

"Menurut kajian Supratikno (2022), politik identitas yang tidak terkendali dapat mengakibatkan konflik SARA, fundamentalisme dan radikalisme agama, serta manuver politik yang penuh propaganda kebencian terhadap pihak lain,” kata Abadia, Alung, Permadi, dan Schovad.

Meski begitu, istilah itu tidak sepenuhnya berdampak negatif. Syaratnya adalah kita mengedepankan moralitas politik. Jika hal itu tidak dikedepankan, niscaya akan timbul permainan identitas semata dengan tujuan mendapat suara.

Mengapa Politik Identitas Merusak dan Sangat Berbahaya saat Pemilu? 4 Pakar Politik Jelaskan, Betapa Mengerikan Dampak Buruknya!
Mengapa Politik Identitas Merusak dan Sangat Berbahaya saat Pemilu? 4 Pakar Politik Jelaskan, Betapa Mengerikan Dampak Buruknya! Pixabay/Mohamed Hassan

"Kondisi ini menurut Nawir dan Mukramin (2019) jika terus dipelihara sebelum, selama, bahkan sesudah Pemilu, malah akan memunculkan banyak konflik sosial dalam skala besar maupun kecil yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,” ujarnya.

“Apalagi jika kita cermati, politik identitas yang selama ini dipraktikan memang membahayakan karena telah membagi masyarakat menjadi dua kubu yang saling bertentangan dan terus terpelihara selepas Pemilu,” tuturnya melanjutkan.

Di antara dampak nyatanya adalah muncul sentimen negatif terhadap pihak lain, ketidakpercayaan terhadap penyelenggara Pemilu, persekusi, mengolok-olok, dan intoleransi. Hal lain yang berpotensi terjadi adalah upaya menggugat ketertiban umum.

"Dalam konteks negara yang plural seperti Indonesia, politik identitas dalam demokrasi yang seharusnya mempersatukan sebagaimana yang di contohkan oleh para guru bangsa sebelum dan pada awal kemerdekaan itu malah bergerak kearah yang mengancam persatuan," kata Abadia, Alung, Permadi, dan Schovad.

Media sosial bisa menjadi alat untuk mewujudkan demokrasi dan menghadirkan politik identitas sebagai dampak positif. Walau pun, kita tetap perlu berhati-hati dengan potensi munculnya spekulasi, gosip, hoaks, sampai rumor.

*** (Akhmad Jauhari/Pikiran Rakyat)

Halaman:

Editor: Dian Toro

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah