Tak Disadari Prabowo, Anies, Ganjar, Ini 3 Hal Paling Dinilai dari Debat Capres, Termasuk Siapa yang Emosional

- 16 Desember 2023, 06:54 WIB
Calon Presiden (Capres) Anies Baswedan dan Prabowo Subianto Saat Debat Capres 2024 Di Kantor KPU RI
Calon Presiden (Capres) Anies Baswedan dan Prabowo Subianto Saat Debat Capres 2024 Di Kantor KPU RI /ANTARA

INDOTRENDS.ID - Tak Disadari Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Inilah 3 Faktor Paling Dinilai Masyarakat dari Debat Calon Presiden.

Ternyata dari gaya berpakaian calon presiden pun dinilai masyarakat. Unsur kepemimpinan saat berbicara juga dinilai.

 

Pengamat politik Firman Manan menuturkan, para capres telah memperlihatkan perbedaan posisi berdiri berdasarkan beberapa isu yang ditanyakan. Dari sisi itulah, pemilih mendapatkan sikapnya.

"Debat memang seharusnya begitu. Dalam debat, pemilih akan komparasi, apa perbedaan gagasan, visi-misi dari masing-masing capres, bagaimana standing position terhadap isu-isu tertentu dan melihat perbedaannya," kata Firman di Bandung, Kamis, 14 Desember 2023.

Dari pengamatannya, Firman mengatakan bahwa capres Anies Baswedan menunjukkan bahwa dia dalam posisi mengedepankan agenda perubahan. Karena itulah, ia mengkritisi hal-hal yang dilakukan pemerintahan sekarang. Contohnya adalah masalah IKN yang dikritiknya.

Adi Prayitno menilai debat perdana Capres tampak emosi 'Ngegas'.
Adi Prayitno menilai debat perdana Capres tampak emosi 'Ngegas'. @ganjarpranowo

Sementara, capres Prabowo Subianto dikatakannya ada didalam posisi agenda keberlanjutan. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pernyataannya yang menunjukkan apresiasi terhadap pemerintahan sekarang dan akan melanjutkan yang dianggapnya berhasil. Misalnya soal konflik di Papua di mana Presiden Joko Widodo dikatakannya sudah mampu membangun perekonomian di sana.

"Sementara, Ganjar Pranowo memang terlihat berada di tengah. Ia tidak seperti Anies yang terlihat sangat begitu kritis dan ofensif, tapi juga tidak seperti Prabowo dengan agenda keberlanjutan," tuturnya.

Mengenai konsep debatnya, ia mengatakan memang terlihat bahwa ketiga kandidat memiliki komitmen untuk perbaikan penegakan hukum, perbaikan kualitas demokrasi, penegakan HAM, dan pelayanan publik. Akan tetapi, gagasan yang mencuat hanya hal normatif.

Ia mengakui bahwa acara debat capres itu sulit menampilkan gagasan yang komprehensif karena waktunya yang terbatas. Tetapi, melalui debat itu, diferensiasi gagasan dan posisi berdiri akan menjadi penilaian dari pemilih.

"Sebetulnya memang dalam debat kemarin kurang terelaborasi, terutama pertanyaan dari panelis. Seharusnya, ada kesempatan untuk panelis bisa mengelaborasi lebih lanjut paparan kandidat. Sangat disayangkan, karena justru pemilih ingin mendengar hal yang lebih konkret," ujarnya.

Jadwal Lengkap Debat Pilpres 2024 Lengkap Beserta Tema dan Stasiun TV yang Menyiarkan
Jadwal Lengkap Debat Pilpres 2024 Lengkap Beserta Tema dan Stasiun TV yang Menyiarkan

Pemilih menilai layak tidaknya dari penampilan kandidat

Menurut Firman yang juga akademisi dari Universitas Padjadjaran itu, ada 3 hal yang dilihat oleh pemilih di dalam debat. Hal itu diperhatikan karena untuk memadankan pertimbangan pemilih tentang layak tidaknya para capres untuk menjadi presiden.

"Itu karena melalui debat, pemilih bukan hanya mendengar, tapi juga melihat. Kalau hanya untuk mengetahui visi-misi, pemilih bisa tahu dengan membaca dokumennya. Tetapi, itulah kelebihan debat. Di sana, bukan semata-mata informasi dan gagasan, tapi bagaimana kualitas personalnya. Pemilih jadi bisa menilai dengan bukan hanya mendengar dan membaca, tapi juga menyaksikan langsung performa kandidat," ucapnya.

Sebanyak 3 hal yang dilihat dari para capres. Pertama, presidential appearance. Seorang kandidat akan dinilai apakah dianggap layak atau tidak dari penampilannya. Hal itu bermakna beragam, mulai dari penampilan fisik sampai ke penampilan debatnya apakah kompeten atau tidak.

Ia mencontohkan, pasangan Ganjar-Mahfud yang mengenakan baju kekinian yang kasual seperti gaya kaum muda. Sementara, penilaian kompetensi dengan melihat apakah seorang kandidat mampu berbicara dengan tepat dalam mengatasi persoalan, memahami persoalan, dan bisa memberikan solusi.

Hal ke dua, pemilih akan melihat dan menilai leadership melalui acara debat. Kualitas kandidat dalam hal kepemimpinan bisa dilihat ketika kandidat mampu menunjukkan ketegasan.

Ketegasan itu juga berkaitan dengan kualitas gagasan, konsistensi, dan membicarakan gagasannya dengan menunjukkan penegasan. Penilaian atas kualitas leadership mampu memengaruhi persepsi publik.

Hal ke tiga, kata Firman, adalah atribut personal. Itu kadang-kadang berupa hal kecil tapi yang bisa menjadi perhatian masyarakat pemilih. Publik pun kerap mengkritik hal itu, selain visi-misi yang disampaikan.

"Misalnya, menunjukkan empati. Saat akhir debat, Ganjar mengatakan, dia dan Mahfud berasal dari rakyat bawah, itu menunjukkan empati, lalu penyampaiannya dengan pembawaan santai, tapi juga tegas. Hal yang dihindari pemilih adalah sikap-sikap emosional," ujarnya.

Ketiga hal yang dinilai itu dikatakannya bisa menjadi catatan bagi masyarakat pemilih. "Bisa saja sebetulnya visi-misinya bagus, tapi ketika debat, apabila performa tidak baik dalam mengkomunikasikannya dan kelihatan kurang siap, maka bisa menjadi catatan," katanya.

Debat harus dipakai menjangkau 28 persen pemilih yang masih goyah

Debat dalam pilpres bisa menjadi salah satu alat untuk memastikan pilihan. Utamanya adalah bagi para swing voters yang pilihannya belum mantap serta para undecided voters.

Firman mengatakan, kedua kategori pemilih itu diperkirakan jumlahnya ada 28 persen dari keseluruhan pemilih. Angka itu cukup besar dan bisa memengaruhi kemenangan calon. Apalagi, selisih suara ketiga kandidat berdasarkan survey tidak terlalu jauh.

Swing voters dikatakannya merupakan pemilih yang sudah memiliki preferensi ke capres nomor 1, 2 , atau 3. Akan tetapi, mereka masih mempertimbangkan banyak hal sehingga bisa berubah tergantung dinamika masa kampanye.

"Debat menjadi salah satu alat atau instrumen untuk menentukan pilihannya, apakah tetap dengan pilihannya atau berubah," kata Firman.

Sementara, undecided voters adalah mereka yang belum menentukan pilihan yang jumlahnya cukup banyak. Mereka menjadikan debat untuk mempertimbangkan ketiga capres.

Pertimbangan dalam menentukan pilihan melalui suatu debat dikatakannya memang membutuhkan calon pemilih yang kritis. Mereka juga merupakan masyarakat pemilih yang cerdas dan rasional.

Karena itulah, setelah debat usai, Firman menyatakan bahwa yang diperlukan adalah amplifikasi dari penampilan para capres. Amplifikasi itu terlihat melalui potongan-potongan acara debat yang disebarkan melalui beragam media sosial.

"Amplifikasi itu membantu untuk mengembalikan memori tentang penampilan capres berkaitan dengan kualitas kepemimpinan dan atribut personal, dari sisi positif maupun negatif. Itu juga penting bagi pemilih yang belum menentukan pilihannya," ujarnya.

*** (Vebertina Manihuruk/Pikiran Rakyat)

Berita diolah dari sumber artikel pikiran-rakyat.com

Editor: Dian Toro

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah