Network
INDOTRENDS.ID - Pesinetron Amanda Manopo sedang menjadi sorotan usai membagikan sebuah unggahan puisi soal kegusaran harinya.
Amanda Manopo memberi isyarat bahwa dirinya sedang tunduk pada aturan seseorang yang identitasnya tak disebutkan.
Amanda Manopo juga menuliskan curahan hatinya dengan latar belakang bewarna hitam, ia mengatakan bahwa hidupnya sedang dalam bahaya karena diancam.
Belum diketahui secara jelas siapa sosok yang dimaksud dalam unggahan Amanda Manopo. Ibunda Amanda Manopo, Henry Manopo akhirnya angkat bicara menanggapi ancaman yang ditujukan pada putrinya.
Henry Manopo menggandeng pengacara Rasman Arif Nasution akan bertindak tegas guna menghindari ancaman cyber yang kerap menimpa Amanda Manopo.
"Per hari ini, maka Amanda Manopo akan dijaga oleh kami dari segi hukum karena banyak unggahan yang bernada ancaman," kata Razman Nasution dikutip dalam kanal YouTube Intens Investigasi pada Senin 22 Februari 2021.
Dikatakan Razman, ibunda Amanda Manopo khawatir putrinya akan bernasib sama seperti pedangdut Via Vallen.
Sehingga Amanda Manopo secara resmi dilindungi oleh hukum demi menjaga keamanan dan keselamannya.
"Ibu Henry khawatir jangan sampai yang terjadi kepada anaknya apa yang dialamin Via Vallen mobilnya terbakar. Lalu, ada postingan yang seperti ini, Amanda diancam dibunuh," ujar Razman.
Lebih lanjut, Razman dengan tegas akan menindak pihak yang mengancam keselamatan hidup Amanda Manopo sebagai kliennya.
"Kami akan amati mulai hari ini, semua postingan akan selalu kami amati. Kalau sering, maka ada niatan kami akan lihat lebih jauh. Kami tidak akan lagi menoleransi kalimat bernada ancaman, menjatuhkan dan menjelekkan. Maka ini warning dari kami," tutur Razman menegaskan.
Sementara Henry Manopo berharap tidak ada lagi ancaman yang diterima Amanda, terlebih saat ini putrinya sedang fokus berkarya.
"Ada beberapa kali ancaman, dia kan pemain, saya harap ke depannya jangan ada alagi ancaman begini yang menyudutkan dia, saya sebagai orangtua mau anak saya yang baik," kata Henry Manopo menambahkan.***(Pikiran Rakyat/Hani Febriani)
