WASPADA, Ancaman Gejala Neurologis Enam Kali Lebih Mungkin Sebabkan Pasien Covid-19 Meninggal Dunia

- 26 Juli 2021, 16:18 WIB
Waspada ancaman gejala neurologis pada pasien Covid-19 enam kali lebih mungkin menyebabkan pasien meninggal dunia.
Waspada ancaman gejala neurologis pada pasien Covid-19 enam kali lebih mungkin menyebabkan pasien meninggal dunia. /Pexels

 

 

INDOTRENDS.ID - Waspada ancaman gejala neurologis pada pasien Covid-19 enam kali lebih mungkin menyebabkan pasien meninggal dunia.

Tanpa disadari, pasien yang jalani perawatan di rumah sakit pernah alami gejala neurologis.

Apa itu gejala neurologis? Gejala neurologis adalah gangguan yang menyerang bagian otak dan sistem saraf.

Dan kini gejala neurologis menjadi ancaman bagi pasien Covid-19 di seluruh dunia.

Di Indonesia setiap harinya tercatat terjadi penambahan kasus positif Covid-19.

Bahkan beberapa waktu lalu sempat mengalami lonjakan tajam yang dipicu oleh penularan virus corona varian delta yang semakin meluas.

Baca Juga: POSITIF Covid-19, Aktor Ji Chang Wook Jalani Karantina dan Proses Syuting Drama Annarasumanara Ditangguhkan

Di sisi lain, berdasarkan penelitian terbaru sekitar 82 persen pasien yang dirawat di rumah sakit Covid-19 mengalami masalah neurologis.

Disampaikan pula bahwa sakit kepala adalah masalah neurologis, yang paling sering dilaporkan diikuti dengan hilangnya rasa dan bau.

Seperti dilansir dari laman Verywell, Senin, 26 Juli 2021, studi internasional yang diterbitkan di JAMA Network Open pada Mei menemukan bahwa orang dengan gejala neurologis enam kali lebih mungkin meninggal akibat Covid 19.

Seorang profesor kedokteran perawatan kritis, neurologi, dan bedah saraf di University of Pittsburgh selaku penulis utama studi, Sherry H.Y. Chou menyebut korelasi antara masalah neurologis dan peningkatan angka kematian kemungkinan dari deteksi yang terlambat.

Baca Juga: TERJAWAB! Oseltamivir dan Favipiravir Sebenarnya Tak Penting Buat Pasien Covid, Kadung Langka dan Mahal

Kendati sebagian alasannya adalah tidak cukupnya sub spesialis neurologi atau sumber daya yang terbatas.

Untuk itu, Chou mengatakan, dengan studi baru para peneliti ingin memastikan mereka menemukan cara untuk menangkap besarnya masalah dan dampak apa pun pada sistem saraf, sehingga mereka dapat mengarahkan sumber daya dengan tepat kepada pasien yang membutuhkan mereka.

Chou juga menunjukkan pasien yang sangat sakit mungkin tidak menyadari gejala neurologis sampai di kemudian hari.

“Dan agaknya, jika kita menemukannya lebih awal, kita akan mengetahuinya lebih awal,” kata Chou.

Baca Juga: Dr Tirta Ungkap 3 Penyebab Pasien Covid Kondisinya Memburuk Selama Isoman Selain Faktor Komorbid, Apa Saja?

Dengan demikian, tim medis memiliki kesempatan untuk mengobatinya lebih awal dengan kerusakan jangka panjang yang terbatas. Para peneliti melibatkan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid 19 yang parah.

Korelasi antara masalah neurologis dan peningkatan angka kematian kemungkinan dari deteksi yang terlambat antara pasien dan petugas kesehatan.
Korelasi antara masalah neurologis dan peningkatan angka kematian kemungkinan dari deteksi yang terlambat antara pasien dan petugas kesehatan. Reuters/Willy Kurniawan

Selain itu, studi ini akhirnya mencakup 3.055 pasien dengan Covid 19 terlepas dari status neurologis, 475 pasien dengan masalah neurologis yang diinduksi Covid, dan 214 pasien yang memerlukan evaluasi oleh ahli saraf konsultan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Pasien melaporkan masalah neurologis yang mereka alami saat mereka menderita Covid. Setiap bukti kondisi neurologis juga dicatat oleh dokter yang memantau gejala pasien.

Adapun, dari 3.743 pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid, 3083 atau 82 persen mengalami masalah neurologis. Kemudian, sakit kepala dilaporkan lebih dari gejala neurologis lainnya mencapai 37 persen, dan gejala tertinggi kedua adalah hilangnya penciuman atau rasa 26 persen.

Baca Juga: TEKA-TEKI Apakah Mantan Pasien Covid-19 Bisa Menularkan Corona Terjawab! Ini Penjelasan Prof. Zubairi Djoerban

Dalam hal ini, para peneliti menemukan orang yang melaporkan sakit kepala, kehilangan penciuman dan rasa, atau kelemahan otot memiliki risiko kematian akibat Covid 19 yang lebih rendah.

Namun, Chou mengklarifikasi hasilnya tidak menunjukkan bahwa sakit kepala melindungi orang dari kematian akibat Covid, sebagaimana dikutip IndoTrends.ID dari Pikiran Rakyat dalam artikel berjudul Studi Terbaru Ungkap 82 Persen Pasien Covid-19 Alami Masalah Neurologis yang melansir dari laman PMJ News.

Lebih lanjut, Chou mengatakan, hubungan tersebut mungkin karena pasien yang dapat berbicara tentang gejalanya berada dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada pasien yang tidak dapat berbicara.

Baca Juga: WAJIB TAHU! 5 Minuman Pendongkrak Stamina dan Pencegah Covid-19, Kunyit Asem Hingga Jahe Anget, Cobalah!

Dia juga menjelaskan sakit kepala bersifat subjektif dan dilaporkan sendiri. Oleh karena itu, akan lebih sulit bagi dokter atau peneliti untuk mendiagnosis sakit kepala pada pasien non verbal.

“Dengan gejala seperti sakit kepala, kami mengandalkan pasien yang memberi tahu kami bahwa mereka mengalami hal ini,” ujar Chou.

“Jika pasien tidak dapat, karena mereka sakit kritis dan menggunakan ventilator atau jika mereka memiliki gejala neurologis lain di mana mereka tidak memiliki kemampuan mental untuk memberi tahu kita, maka kita tidak akan tahu mereka sakit kepala, bahkan jika mereka mengalaminya,” tuturnya.

Sementara, sakit kepala berada di sisi spektrum yang lebih ringan, gejala penting dan salah satu yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang atau memerlukan perjalanan ke rumah sakit.

“Dalam populasi pasien yang kami pelajari ini, ini adalah pasien yang cukup sakit sehingga perlu dirawat di rumah sakit,” ujarnya.*** (Nurul Khadijah/Pikiran Rakyat)

Editor: Arumi Razeta

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x