"Kebetulan saya mendampingi beliau kemarin, dan beliau menjelaskan bahwa hidup di masyarakat yang plural dibutuhkan toleransi sehingga perlu pedoman bersama agar kehidupan harmoni tetap terawat dengan baik," tuturnya.
Pada kontek tersebut, kata Nuruzzaman, Yaqut hanya memberi contoh sederhana terkait pengeras suara agar lebih mudah dimengerti.
"Dalam penjelasan itu, Gus Menteri memberi contoh sederhana, tidak dalam konteks membandingkan dengan lainnya. Makanya beliau menyebut kata misal. Yang dimaksud Gus Yaqut adalah misalkan umat Islam tinggal sebagai minoritas dalam masyarakat tertentu di masa masyarakatnya banyak memelihara anjing, pasti akan terganggu jika tidak ada toleransi dari tetangga," tuturnya.
Yaqut hanya mencontohkan bila suara yang terlalu keras muncul secara bersamaan bisa memicu kebisingan dan menggangu masyarakat sekitar yang heterogen. Karena itu, diperlukan pedoman pengeras suara demi toleransi. "Justru dengan adanya pedoman pengeras suara ini, umat Islam yang mayoritas menunjukan toleransinya kepada yang lain, sehingga keharmonisan terjaga," tegasnya, berusaha meluruskan.
Lalu, siapakah sebenarnya Gus Yaqut? Bagaimana perjalanan karir politiknya hingga ia diangkat menjadi Menteri Agama di sisa jabatan Jokowi?
Profil Menag Gus Yaqut
Nama asli dari Gus Yaqut ialah Yaqut Cholil Qoumas. Ia diangkat menjadi Menteri Agama RI menggantikan Fachrul Razi oleh Presiden Jokowi pada Rabu, 23 Desember 2021 silam.
Pria kelahiran Rembang, 4 Januari 1975 itu akan menjabat menjadi Menag di sisa jabatan Presiden Joko Widodo hingga 2024 mendatang sebagai pengganti antar waktu.