INDOTRENDS.ID - Terjawab sudah teka-teki penyebab Presiden Vladimir Putin sulit menggerakkan pasukan Rusia untuk taklukkan Ukraina.
Salah satu sebabnya adalah taktik Ukraina mengandalkan berbagai sosok mata-mata dalam mengintai Rusia.
Salah satunya adalah sosok mata-mata Ukraina yang usianya baru 15 tahun ini.
Taktik intai dia lewat drone benar-benar menjadi informasi berharga bagi pasukan Ukraina dalam menggagalkan dan membuyarkan rencana serangan Rusia.
Siapakah sosok mata-mata yang masih remaja belia umur 15 tahun tersebut?
Seorang remaja berusia 15 tahun asal Ukraina, Andriy Pokrasa menjadi seorang mata-mata yang menghancurkan tentara Rusia.
Awalnya, Andriy Pokrasa dan ayahnya, Stanislav diam-diam meluncurkan drone kecil saat tank dan truk Rusia memasuki desa mereka.
Mereka berdua lantas mengambil foto dari kolom lapis baja yang bergerak menuju Kyiv dan menunjukkan koordinatnya.
Dengan cepat, mereka langsung mengirimkan informasi berharga tersebut kepada militer Ukraina.
Dalam beberapa menit, baterai artileri menghujani pasukan Rusia dengan efek yang mematikan.
Selama seminggu penuh setelah invasi 24 Februari 2022, ayah dan anak tersebut melakukan serangan mendadak berulang kali dengan drone.
“Ini adalah beberapa momen paling menakutkan dalam hidup saya,” kata Andriy mengenang, yang dikutip dari Pikiran Rakyat dalam artikel berjudul Remaja 15 Tahun Jadi Mata-Mata Ukraina, Tentara Rusia Dibuat Tak Berkutik melalui Politico.
“Kami memberikan foto dan lokasi kepada angkatan bersenjata. Mereka mempersempit koordinat lebih akurat dan mengirimkannya melalui walkie-talkie, untuk menyesuaikan artileri,” katanya.
Ayahnya dengan senang hati menyerahkan piloting kepada bocah itu.
“Saya bisa mengoperasikan drone, tetapi anak saya melakukannya dengan lebih baik. Kami segera memutuskan dia akan melakukannya,” kata Stanislav Pokrasa, 41 tahun.
Mereka tidak yakin berapa banyak target Rusia yang dihancurkan menggunakan informasi yang mereka berikan.
Tetapi mereka melihat kehancuran yang ditimbulkan pada konvoi Rusia ketika mereka kemudian menerbangkan pesawat tak berawak itu kembali di atas truk dan tank yang hangus di dekat kota di sebelah barat Kyiv dan keluar dari jalan raya penting yang strategis yang mengarah ke ibu kota.
“Ada lebih dari 20 kendaraan militer Rusia yang hancur, di antaranya truk bahan bakar dan tank,” kata sang ayah.
Ketika pasukan Rusia dan Ukraina berjuang mati-matian untuk menguasai pinggiran Kyiv, tentara Ukraina akhirnya mendesak keluarga Pokrasa untuk meninggalkan desa mereka, yang kemudian diduduki pasukan Rusia.
"Saya senang bahwa kami menghancurkan seseorang," katanya.
“Saya senang bahwa saya berkontribusi, bahwa saya dapat melakukan sesuatu. Bukan hanya duduk dan menunggu,” ujarnya.
*** (Mitha Paradilla Rayadi/Pikiran Rakyat)