Frustasi di Pengungsian, Keluarga Gaza Ini Balik ke Rumah yang Hancur Dirudal Israel: Lebih Baik Mati di Sini!

- 21 November 2023, 12:39 WIB
Seekor merpati terbang di atas puing-puing rumah yang hancur akibat serangan Israel, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 11 Oktober 2023.
Seekor merpati terbang di atas puing-puing rumah yang hancur akibat serangan Israel, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 11 Oktober 2023. /Antara/Ibraheem Abu Mustafa/

INDOTRENDS.ID - Frustasi berat tinggal di pengungsian tanpa air dan listrik, keluarga di Gaza Ini memilih balik ke rumah yang hancur dirudal Israel.

Padahal rumah kediaman keluarga di Gaza ini sudah hancur lebur tinggal reruntuhan, listrik pun padam, pasokan air bersih juga sulit. Bagi bagi keluarga ini, lebih baik tinggal di reruntuhan rumah sendiri daripada kehidupan di pengungsian yang tak kalah mengerikan.

Keluarga itu adalah keluarga Khaled Naji yang kini berusaha bertahan hidup di bawah puing reruntuhan rumahnya. Sebelum serangan penjajah Israel menghancurkan rumahnya, keluarga Khaled Naji telah menerima kabar bahwa rumah di lingkungan mereka akan menjadi sasaran. Namun, keluarga itu tidak mengetahui rumah mana yang akan terkena, tetapi kemudian rumah mereka turut menjadi sasaran.

Warga Palestina memeriksa kerusakan setelah serangan Israel pasca serangan mengejutkan dari Hamas di kamp pengungsi Beach, Kota Gaza, 9 Oktober 2023.
Warga Palestina memeriksa kerusakan setelah serangan Israel pasca serangan mengejutkan dari Hamas di kamp pengungsi Beach, Kota Gaza, 9 Oktober 2023.

Keluarga Khaled Naji sempat mengungsi ke bangunan sekolah selama 10 hari. Namun, mereka tidak tahan dengan kondisi di tempat tersebut.

“Tidak ada air, listrik, atau privasi. Ini sangat ramai. Jadi kami pergi ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa tetapi situasinya kurang lebih sama,” kata istri Khaled Naji, Siham, dikutip pada Selasa, 21 November 2023.

Hal itu lah yang menjadi alasan mereka untuk memutuskan kembali ke rumah dan tinggal di antara reruntuhan. Menurut mereka, keputusan itu lebih baik.

Mereka pun membersihkan puing-puing dari satu ruangan sebaik mungkin, hingga meletakkan kasur untuk tidur di atasnya. Ruangan itu terlihat tak memiliki pintu maupun jendela.

“Ke mana lagi kami akan pergi, di jalanan di bawah terpal? Jika anak-anak saya tidak meninggal dalam serangan Israel, mereka akan mati karena kedinginan atau karena penyakit apa pun yang mewabah? Saya lebih baik mati di rumah saya dengan bermartabat daripada tinggal di tenda,” ujar Khaled Naji.

Halaman:

Editor: Dian Toro

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x