TERJAWAB! Ini Arti King Maker, Jokowi dan Surya Paloh Disebut Bersaing Jadi King Maker di Pilpres 2024

- 12 Maret 2023, 20:02 WIB
Apa arti King Maker? Presiden Jokowi disebut-sebut sebagai King Maker di Pemilihan Presiden 2024. Ini arti King Maker di Pilpres 2024
Apa arti King Maker? Presiden Jokowi disebut-sebut sebagai King Maker di Pemilihan Presiden 2024. Ini arti King Maker di Pilpres 2024 /BPMI Setpres/Laily Rachev

INDOTRENDS.ID - Apa arti King Maker? Presiden Jokowi disebut-sebut sebagai King Maker di Pemilihan Presiden 2024.

Sementara Partai Nasdem, dalam sebuah artikel di Nasdem.id menyebut bahwa Surya Paloh lah yang bakal jadi King Maker di Pilpres 2024. 

 

 

Apa yang dimaksud King Maker? Lebih kuat mana pengaruh Jokowi atau Surya Paloh sebagai King Maker di Pilpres 2024? Simak tulisan Habib Mohsen Hasan Alhinduan, Anggota Dewan Pakar Pusat Partai NasDem seperti dikutip di Nasdem.id :

King artinya Raja, Maker adalah sang pembuat, dua suku kata dirangkap King Maker adalah sang pembuat raja, pemimpin, presiden pada pesta rakyat Pemilu 2024 yang akan datang.

Dalam bahasa Inggrisnya Maker a person who makes things. shaper. creator – a person who grows or makes or invents things. Sang pembuat Raja atau pemimpin sejak dahulu kala sudah ada di dunia perpolitikan, atau sejak diciptakan Nabi Adam alaihissalam sebagai asal muasalnya diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) umat manusia di muka bumi ini.

Sepanjang sejarah kerajaan di Arab Saudi jabatan seorang Raja secara turun menurun ditentukan oleh tim maker, namun kini mengalami perubahan putra Raja Salman adalah Muhammad bin Salman (MBS) melakukan perombakan drastis struktur kerajaan menjadikan dirinya sebagai sang pembuat raja berikutnya, atau sebagai “King Maker”

Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh.
Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh. Ringtimes Bali/Laurensius Adrian Putra Segu

Apa maksudnya “King Maker” itu? Bagaimana kemampuannya menjadi “King Maker”?

Istilah King Maker merujuk pada politikus bertangan dingin yang dapat memunculkan kandidat yang memenangi pemilu.

Pendapat sebagian para analis politik dari berbagai lembaga survei terkemuka di negeri ini seperti Indikator Politik, Burhanudin Muhtadi menilai bahwa Presiden RI Joko Widodo akan menjadi “King Maker” paling kuat pada Pilpres 2024.

Dia menambahkan kekuatan Jokowi sebagai King Maker bahkan berpotensi melebihi politikus-politikus kawakan seperti Surya Paloh, Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.

Sementara Surya Paloh dan Megawati Soekarnoputri tidak akan mengikuti Pilpres 2024, kecuali Probowo Subianto yang masih ngotot mencalonkan diri di Pilpres yang akan datang.

Penulis melihat dari tiga sosok publik figur itu memiliki kemampuan menjadi “King Maker” Pilpres pada Pemilu 2024 seperti Jokowi, Megawati dan Surya Paloh.

Adapun tiga tokoh itu yang masih terkuat adalah Jokowi karena penguasa pemerintahan republik ini. Banyak partai hendak mengusung capresnya terlebih dahulu memohon restu dari Jokowi sedangkan menurut undang-undang Mahkamah Konsitusi (MK) seorang presiden tidak memiliki wewenang dalam pemilihan seorang capres hanyalah partai politik yang memiliki wewenang itu.

Pernah penulis menguraikan cukup panjang pada artikel bulan Januari 2023 dimuat di media resmi NasDem tentang pemberian tiket capres dan cawapres hanyalah partai politik bukan presiden.

Mengapa semua partai yang ada memohon restu kepada presiden Jokowi? Apakah King Maker harus dari presiden atau Ketua Umum Partai?

King Maker dibutuhkan dari seorang publik figur yang memiliki kapasitas, integritas dan kredibilitas yang strong (kuat) di mata publik, maka dialah yang pantas menjadi King Maker untuk menentukan pemenangnya sebagai capres dan cawapres pada Pemilu 2024.

Ketahuilah King Maker itu pasti akan memilih dan merestui capres dan cawapres yang memiliki kemampuan cukup dan pantas menjadi pemenangnya bukan asal-asalan ditunjuknya atau memiliki elektabilitas rendah di mata masyarakat pada umumnya.

Bagaimana Surya Paloh dengan capresnya Anies Rasyid Baswedan (ARB) apakah bisa dibilang King Maker di Pilpres 2024? Gonjang ganjing para pengamat politik banyak menuduhnya NasDem hanya memanfaatkan figur ARB? Menguncinya dan sulit terwujud ARB sebagai capresnya NasDem?

Tuduhan menyakitkan tertuju kepada Surya Paloh dari tim koalisi pengusung Jokowi sebagai pembelot atau bermain di dua kaki. Tuduhan kebencian partai radikal terhadap NasDem agar hengkang dari koalisi pengusung Jokowi dan harus dipecat menteri-menterinya di kabinet Jokowi.

Bisakah Surya Paloh disebut King Maker Pilpres 2024?

Gelanggang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 diramaikan oleh isu bongkar pasang koalisi partai politik.

Sebutlah Partai NasDem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sejak lama mengumumkan rencana koalisi, tapi hingga kini belum juga resmi. Rencana kerja sama ketiga partai sempat diterpa kabar perpecahan.

PDIP dan Partai NasDem adu mulut terkait siapa yang layak dirombak dari jajaran menteri. Beberapa petinggi PDIP mendesak NasDem mundur dari kabinet karena telah mendeklarasikan eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut pihaknya telah mengusulkan nama menteri yang patut di-reshuffle ke Jokowi.

Hal itu secara spontan dijawab oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai NasDem, H. Ahmad Ali dengan bijak bahwa “Partai NasDem berada di dalam kabinet itu bukan karena PDIP, tapi karena Pak Jokowi. Jadi kabinet itu terbentuk atas kesepakatan bersama pada 2019, sehingga tentunya sekali lagi saya tekankan, tidak ada partai yang berhak menentukan partai politik lain ada di dalam atau di luar kabinet,” ucap Ali pada bulan Januari yang lalu.

“Jadi, kami akan keluar dari koalisi ini kalau kemudian Pak Presiden yang meminta kami untuk keluar,” imbuh dia.

Isu reshuffle kabinet semakin menguat setelah Jokowi memanggil Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh ke istana. Keduanya menggelar pertemuan tertutup pada Kamis (26/1).

Ibarat angin tornado menerpa Partai NasDem, kemunculan isu untuk mengganti menterinya dari kabinet, erat dikaitkan dengan kebijakan partai yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.

Surya Paloh seorang beriman memiliki keyakinan kepada Pencipta Alam Semesta Allah SWT akan berpihak kepadanya.

Bekerja keras, cerdas, sabar sambil pasrah kepadaNya akan memberi hasil yang menggembirakan dengan koalisi yang terus dibangun untuk menghadapi 2024 akhirnya memberikan hasil yang tidak diduga-duga semuanya mencair dengan sendirinya secara baik.

Partai Keadilan Sejahtera akhirnya memutuskan mendukung pencalonan Anies Baswedan di Pemilihan Presiden 2024, bersama Partai NasDem dan Partai Demokrat.

Sikap itu disampaikan secara resmi oleh Wakil Ketua Majelis Syura PKS Sohibul Iman, usai bertemu dengan Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Aljufri kakak kandung anggota Dewan Pertimbangan DPP NasDem, Dr. Ir. Ayu Alwiyah Segaf Aljufri di Istanbul, Turki, Sabtu (28/1) lalu.

Sebelum PKS menyatakan terlebih dahulu Partai Demokrat menyatakan dukungannya ke Anies Baswedan dan kopian naskahnya saya terima langsung dari salah satu elit Demokrat langsung saya kirimkan kepada DPP NasDem.

Sebuah peribahasa menyebutkan berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian adalah bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian atau untuk mencapai kesuksesan, seseorang harus mau bekerja keras, sabar dan cerdas.

Surya Paloh dan tim kerja DPP NasDem benar-benar mendapat angin segar, di mana sebelumnya serangan angin kencang yang tidak dapat dibendung agar bisa diarahkan ke satu arah, bahkan H. Ahmad Ali sendiri Waketum NasDem pernah mengungkapkan di media masalah alotnya kesepakatan itu.

Kesabaran itu memberi hasil yang signifikan dengan berkali-kali melakukan negosiasi dengan PKS dan Demokrat akhirnya bersama-sama mewujudkan kesepakatan untuk Anies Baswedan calon presiden 2024.

Usaha agar PKS dan Demokrat bersama-sama NasDem berarti syarat mengusung calon presiden telah cukup dan mencapai ke angka Presidential Threshold adalah pengaturan tingkat ambang batas dukungan dari DPR, baik dalam bentuk jumlah perolehan suara atau jumlah perolehan kursi (seat) yang harus diperoleh partai politik peserta pemilu agar dapat mencalonkan Presiden dari partai politik tersebut atau dengan gabungan.

Gabungan tiga partai ini resmi mengeluarkan dan memberikan “tiket” kepada Anies Baswedan sebagai Capres pada pemilu tahun 2024.

Hal itu sebagai langkah awal yang baik dan akan disusul kesepakatan-kesepakatan yang lain, di mana akan memberi keuntungan bagi tri partai ini demi kemaslahatan masa depan bangsa dan negara ini.

Momentum yang baik itu hingga kini masih berpihak ke NasDem walaupun masih banyak orang-orang yang menyikapinya negatif tapi biarlah anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.

Relawan NasDem dan Anies baik itu di dalam negeri bahkan di luar negeri tidak sabar menunggu dari deklarasi atau pernyataan PKS dan Demokrat sekalipun animo pendukung NasDem dan Anies semakin agresif agar cita-cita masyarakat terwujud.

***

Editor: Dian Toro

Sumber: nasdem.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x