Ironi AS ke Gaza vs Ukraina, Pasok Senjata ke Ukraina Buat Bertahan, Jual Senjata ke Israel untuk Menyerang

- 11 Februari 2024, 12:50 WIB
Ilustrasi - Anak-anak pengungsi Gaza sedang antri untuk mendapatkan bantuan makanan di Rafah, Gaza Selatan.
Ilustrasi - Anak-anak pengungsi Gaza sedang antri untuk mendapatkan bantuan makanan di Rafah, Gaza Selatan. /Hatem Ali

INDOTRENDS.ID - Inilah ketidakadilan dan ironi yang dipertontonkan Amerika Serikat (AS) pada Gaza Palestina dibanding kepada Ukraina.

Di satu sisi AS memasok senjata ke Ukraina untuk posisi bertahan dari gempuran Rusia di bawah pimpinan Vladimir Putin.

Tapi di sisi lain AS dan sekutunya memasok senjata Israel untuk kebutuhan menyerang dan memporakporandakan Gaza, Palestina.   

Di dalam hukum internasional, tidak ada kesalahan: pendudukan Rusia pada negara tetangganya, Ukraina adalah tindakan ilegal, sama seperti pendudukan Israel pada negara tetangganya, Palestina adalah tindakan ilegal.

PBB telah mengecam keduanya berulang kali. Keduanya seharusnya mendapatkan kecaman yang sama dari Barat, yang menganut sistem ‘rules-based order’.

Akan tetapi, mereka tidak melakukannya. Di satu sisi, Amerika dan Uni Eropa membela negara yang diserang, dan di sisi lain mereka bersama negara yang menyerang.

Sejak awal perang di Ukraina, Eropa telah membuka pintunya bagi jutaan pengungsi Ukraina, menunjukkan tingkat keramahan yang akan mengejutkan para pengungsi dari Irak, Suriah, dan Afganistan.

‘[Orang Ukraina] sangatlah mirip dengan kita’ tulis seorang komentator Inggris. [Mereka] menonton Netflix dan memiliki akun Instagram, memberikan suaranya pada pemilihan umum, dan membaca koran’.

Pertama, tidak ada sambutan seperti itu pada ratusan ribu orang yang ingin pergi meninggalkan Gaza. Setelah 44 hari pengeboman Israel, presiden Prancis Emmanuel Macron dengan berat hati setuju untuk membawa 50 anak Palestina yang terluka ‘jika bermanfaat dan diperlukan’.

Kesenjangan perlakuan

Washington dan Brussel telah merespon invasi Rusia dengan menjatuhkan sanksi yang berat pada Moskow (embargo minyak, dagang dan batasan perbankan, pembekuan aset oligarki, larangan penayangan Russia Today di Eropa, dsb).

Seruan untuk memboikot atlet, musisi, pembuat film dan penulis. Pameran-pameran dan konser-konser dibatalkan. Respon seperti itu tidak terjadi pada Israel. Gerakan Boycott, Divestment, and Sanction (BDS) yang didirikan pada tahun 2005 telah mengadvokasi tanpa hasil, tindakan balasan yang dilakukan Tel Aviv. Gerakan ini sering dicap sebagai anti-semitisme, gerakan ini dipandang sebelah mata di Jerman dan dilarang di sekitar 30 negara bagian Amerika. Di Prancis, gerakan ini menghadapi gugatan hukum dan dilarang mempromosikan gerakan ini di Kanada.

Daftar kesenjangan ini terus berlanjut. Barat menyediakan senjata pada Ukraina untuk bertahan tetapi menjual senjata pada Israel untuk menyerang, mengancam siapapun yang mendukung Palestina secara militer.

Presiden Amerika Joe Biden menyebut pengeboman rumah sakit Mariupol sebagai ‘kemarahan dunia’, tetapi diam ketika Israel membombardir dan memblokade sepertiga rumah sakit di Gaza. Joe Biden mengecam pembantaian Bucha sebagai ‘genosida’ tetapi menolak gencatan senjata di Gaza, dimana hampir 20.000 telah tewas kurang dari tiga bulan.

Para komentator Barat sering membandingkan 1.200 korban Hamas dengan populasi Israel yang berjumlah delapan juta jiwa, akan sama dengan 45.000 korban jiwa jika terjadi di Amerika, 20 kali lebih banyak dari 9/11, atau setara dengan 9.000 korban jiwa di Prancis.

Tetapi bagaimana dengan membandingkan 20.000 korban jiwa di Gaza dengan total populasi 2.3 juta jiwa? Di Prancis ini akan setara dengan 580.000 korban jiwa. Dan jika terjadi di Amerika, akan ada sekitar 2.8 juta korban jiwa, lebih banyak dari total semua perang Amerika jika digabungkan, termasuk perang saudara.

Hampir 70% dari populasi Gaza terpaksa untuk mengungsi. Jadi kenapa tidak membandingkan itu juga? Itu akan setara dengan 50 juta warga Prancis dan hampir 200 juta warga Amerika.

*** (Huminca Sinaga/Pikiran Rakyat)

Editor: Dian Toro

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah