Dari sisi Saipul Jamil, tentu saja itu beban psikologis yang sangat berat baginya, karena kasus hukum yang menimpanya bukanlah kasus hukum biasa, tapi kasus yang menyangkut moralitas, hati nurani dan rasa malu yang dalam. Bahkan tekanan psikologis dan rasa malunya mungkin akan lebih berat, dibanding misalnya mantan kasus narkoba atau kasus hukum lainnya.
Sedang dari sisi korban dan juga masyarakat umum lainnya yang bersimpati kepada korban, hal ini akan semakin menjadikan muak menonton tayangannya, dan membuka lagi luka trauma dalam yang mungkin baru saja mengering.
Salah satu yang berkomentar soal ini adalah Tompi, seorang musisi dan dokter bedah plastik kenamaan.
Tompi mengaku kecewa dengan sikap KPI yang dinilai loyo dan kurang sensitif terhadap isu-isu sensitif seperti ini.
Tompi juga merasa heran mengapa para petinggi di KPI yang notabene paham dengan efek penyiaran malah menetapkan ide konyol seperti itu.
"Edukasi bahaya pelecehan seks di bawah umur oleh pelakunya. Ini ide kira-kira ilhamnya dari mana?," kata Tompi dalam cuitannya di akun Twitter @dr_tompi.
Pertanyaan yang dilempar oleh Tompi melalui cuitan twitternya ini mengingatkan kita pada kasus artis pedangdut Zaskia Gotik pada 2016 lalu, yang karena dianggap menghina lambang negara, lalu oleh salah satu anggota DPR malah diangkat menjadi duta Pancasila.
Mungkin dua kasus ini tidak ada kaitannya, namun ternyata itu adalah pola pikir lama yang sudah pernah terjadi sebelumnya.