ANCAMAN Azab Buat Pengemis Palsu Motif Memperkaya Diri, Hadist: Sesungguhnya Ia Sedang Minta Batu Neraka!

- 4 September 2023, 08:10 WIB
Ini ancaman serius azab untuk mereka yang menyamar jadi pengemis palsu, padahal badannya sehat dan masih kuat bekerja. Simak kata Rasulullah
Ini ancaman serius azab untuk mereka yang menyamar jadi pengemis palsu, padahal badannya sehat dan masih kuat bekerja. Simak kata Rasulullah /YouTube Khalid Basalamah Official/

INDOTRENDS.ID - Inilah ancaman serius azab untuk mereka yang menyamar jadi pengemis palsu, padahal badannya sehat dan masih kuat bekerja. Sungguh ancaman azab yang serius ditujukan kepada para pengemis palsu apalagi motifnya memperkaya diri.

Sebuah hadits meriwayatkan, Rasulullah bersabda:

مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا، فَلْيَسْتَقِلَّ مِنْهُ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ»

Artinya: “Barangsiapa yang meminta kepada masyarakat karena untuk memperkaya diri, sesungguhnya ia hanya meminta batu neraka. Maka hendaknya ia memilih mempersedikit atau memperbanyak. (HR Muslim)

Aktivitas mengemis bukan kegiatan yang dianjurkan nabi bahkan dilarang keras terlebih bila dikaruniai badan sehat dan kuat. Hikam bin Hizam meriwayatkan dari Nabi Muhammad :

اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ

Artinya: “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Mulailah (dalam membelanjakan harta) dengan orang yang menjadi tanggung jawabmu. Sedekah paling baik adalah yang dikeluarkan dari kelebihan kebutuhan. Barangsiapa berusaha menjaga diri, Allah akan menjaganya. Barangsiapa berusaha mencukupkan diri (tidak bergantung pada orang lain), Allah akan memberinya kecukupan’.” (HR. Bukhari).


Simak sabda Nabi Muhammad SAW yang lain adalah

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ أَوْ أَفْضَلُ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ

Artinya: “Orang mukmin yang kuat lebih baik, lebih utama dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah.” (Musnad Ahmad: 8791)

Lantas bagaimana sikap Rasulullah untuk orang yang mengemis dengan menjadikannya sebagai media memperkaya diri sendiri beserta keluarganya?

Perlu dibedakan antara “meminta” dan “mengemis”. Diksi “mengemis” mengandung makna bahwa kegiatan meminta-minta dilakukan sebagai rutinitas atau profesi atau sumber mata pencarian utama—bukan permohonan batuan sekali-dua kali yang wajar.

Rasulullah mengatakan :

لَا تَزَالُ الْمَسْأَلَةُ بِأَحَدِكُمْ حَتَّى يَلْقَى اللهَ، وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

Artinya: “Kegiatan meminta-minta (mengemis) akan selalu ada pada diri seseorang sampai ia menemui Allah dalam kondisi wajahnya tanpa sepotong daging pun" (HR. Ahmad).

Imam Bukhari membeberkan penjelasan yang dimaksud pada hadits tersebut adalah orang yang suka meminta-minta padahal tidak dalam keadaan darurat.

وفهم البخارى، رحمه الله، أن الذى يأتى يوم القيامة لا لحم فى وجهه من كثرة السؤال أنه السائل تكثرًا بغير ضرورة إلى السؤال، ومن سأل تكثرًا فهو غنى لا تحل له الصدقة، فعوقب فى الآخرة

Artinya: “Al-Bukhari memberikan pemahaman, sesungguhnya yang datang pada hari kiamat yang wajahnya tidak ada dagingnya sama sekali adalah orang yang banyak mengemis dalam rangka memperkaya diri tanpa ada unsur darurat. Barangsiapa mengemis berdasarkan untuk memperkaya diri, ia termasuk dikategorikan orang kaya yang tidak halal menerima shadaqah. Di akhirat kelak akan disiksa. (Ibnu Bathal, Syarah Ibnu Bathal, [Maktabah ar-Rusyd: Riyadh, 2003], juz 3, halaman 512)

Pengemis berpura-pura kakinya buntung demi bisa memelas dan dapat belas kasihan
Pengemis berpura-pura kakinya buntung demi bisa memelas dan dapat belas kasihan

Sementara menurut hadist riwayat al-Mughirah, Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ المَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah membenci tiga hal dari kalian: Banyak bicara, menghamburkan harta, dan banyak meminta” (Muttafaq alaih).

Rasulullah Muhammad SAW menegaskan, kekayaan yang hakiki adalah kekayaan jiwa, bukan harta.

لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Artinya: “Kekayaan tidaklah dari banyaknya harta. Namun yang dinamakan kaya adalah kaya jiwa” (HR Bukhari).

***

Editor: Dian Toro


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x