PENYEBAB Lonjakan Pasien Radang Tenggorokan, Batuk, Pilek Sepanjang Februari 2022 Diungkap Pakar Mikrobiologi

- 27 Februari 2022, 05:10 WIB
Booming penyakit tenggorokan, batuk, pilek, demam, flu sepanjang Februari 2022, karena Omicron atau cuaca? Ini kata pakar Mikrobiologi Unpad
Booming penyakit tenggorokan, batuk, pilek, demam, flu sepanjang Februari 2022, karena Omicron atau cuaca? Ini kata pakar Mikrobiologi Unpad //pixabay.com/naturalhelbsclinic.

 

INDOTRENDS.ID - Selama Februari 2022 ini, sedang booming pasien radang tenggorokan, batuk, pilek hingga demam, pemicunya karena Covid-19 varian Omicron, atau faktor cuaca?

Mesin Google memang sedang ramai orang mencari jawaban atas teka-teki penyebabnya banyaknya kasus radang tenggorokan, batuk, pilek dan demam sepanjang Februari 2022.

Karena penyakit radang tenggorokan dekat dengan gejala Covid-19, maka banyak orang langsung ketakutan telah kena varian Omicron.

Padahal belum tentu juga radang tenggorokan otomatis Covid-19 atau Omicron. Lantas sebenarnya booming penyakit ini lebih karena faktor apa? Simak penjelasan pakar Mikrobiologi Universitas Padjajaran Bandung . 

Seperti diketaui, virus Covid-19 varian Omicron menyerang pada bagian saluran pernafasan atas. Sehingga mereka yang terinfeksi virus ini akan merasakan sakit tenggorokan, batuk pilek, juga demam.

Dan kondisi saat ini, banyak sekali orang yang menderita penyakit seperti gejala yang ditimbulkan oleh varian Omicron, yang memiliki ciri khas batuk pilek disertai demam.

Faktor cuaca yang tidak bersahabat disebut juga memiliki andil di dalam menyebarkan penyakit batuk pilek, demam dan sakit tenggorokan yang banyak menyerang masyarakat saat ini.

Jadi, manakah yang menjadi faktor pemicu sebenarnya , penyebab orang jatuh sakit saat ini? Apakah murni penyebaran varian Omicron atau karena pengaruh cuaca yang tidak bersahabat?

Dosen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unpad, dr Adi Imam Cahyadi mengatakan, kalau melihat situasi pandemi secara keseluruhan, tidak bisa melihat dari satu sisi.

Booming penyakit tenggorokan, batuk, pilek, demam, flu sepanjang Februari 2022, karena Omicron atau cuaca? Ini kata pakar Mikrobiologi Unpad
Booming penyakit tenggorokan, batuk, pilek, demam, flu sepanjang Februari 2022, karena Omicron atau cuaca? Ini kata pakar Mikrobiologi Unpad

Kalau dari sisi virus nya sendiri, varian Omicron memang memiliki daya penularan yang lebih tinggi, kurang lebih 3 kali lebih tinggi dibandingkan varian Delta.

“Artinya, dengan kondisi virus nya sendiri yang seperti itu, maka potensi terjadinya penularan akan menjadi lebih besar,” ujar dr Adi.

Kalau kita lihat dari sejarah awalnya, setelah kemunculan virus Covid-19 di Wuhan, kemudian muncul varian Alpha di Inggris yang memiliki penularan lebih tinggi dari Wuhan.

Setelah itu, muncul varian Delta yang tingkat penularannya lebih tinggi lagi dari varian Alpha. Dan sekarang Omicron lebih tinggi lagi dari Delta.

Jadi kalau dibandingkan dengan virus Covid-19 yang pertama muncul di Wuhan, maka kemampuan penularan varian Omicron ini kurang lebih 10 kali lebih tinggi dibanding Wuhan.

“Waktu Delta saja kan, tingkat penularannya 2 kali lebih tinggi dibandingkan varian Alpha. Nah ini lebih tinggi dari Delta 3 kali. Jadi kalau dibandingkan dengan varian awal yang di Wuhan, varian Omicron ini mungkin kemampuan penularannya sudah sekitar 10 kali lebih tinggi,” ujar dr Adi yang dikutip IndoTrens.Id dari Desk Jabar pada artikel Banyak yang Sakit Batuk Pilek, Karena OMICRON atau Pengaruh CUACA? Simak Pakar Mikrobiologi Unpad

Oleh karena itu, lanjut dr Adi, dari sisi kemampuan virus nya, varian Omicron ini memang memiliki kemampuan penularan yang lebih tinggi dibandingkan varian – varian sebelumnya.

Banyak yang Sakit Batuk Pilek, Karena OMICRON atau Pengaruh CUACA? Simak Pakar Mikrobiologi Unpad
Banyak yang Sakit Batuk Pilek, Karena OMICRON atau Pengaruh CUACA? Simak Pakar Mikrobiologi Unpad Pixabay

Kemudian, kalau dari sisi cara penularannya, dr. Adi mengatakan sejauh ini penularan virus Covid-19 memang lebih banyak melalui droplet dan partikel debu yang ditempeli virus.

Oleh karena itu, protokol kesehatan wajib dijaga oleh setiap orang untuk melindungi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya dari risiko penularan virus Covid-19 varian Omicron.

“Sekarang kalau kita jalan-jalan sedikit saja di Kota Bandung, masih banyak yang tidak disiplin menggunakan masker. Kadang hanya 1 lapis masker, dan itupun masker kain saja. Kadang dipakai tapi disimpan di dagu,” tutur dr Adi.

Cara penularan virus Covid-19 termasuk varian Omicron mudah bertransmisi melalui droplet yang dikeluarkan saat batuk ataupun bersin.

“Otomatis etika saat batuk atau bersin kita juga harus diperbaiki. Saya pribadi, kadang-kadang melihat misalnya ada yang batuk justru maskernya dibuka karena dia takut maskernya kotor. Sudah selesai batuk baru ditutup kembali. Seharusnya dia bawa masker cadangan, kalau dia batuk atau bersin tetap tutup saja, kemudian buang maskernya dan ganti dengan yang baru,” kata dr Adi.

Jadi perlu mengevaluasi diri sendiri, apakah kita sudah cukup disiplin melaksanakan protokol kesehatan atau belum. Kalau memang belum, jangan heran Omicron akan lebih cepat menyebar.

Kalau cuaca berangin dan berdebu seperti sekarang apakah berpengaruh pada penularan Omicron?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dr Adi mengatakan prinsip infeksi itu ada beberapa hal yang harus dipenuhi virus untuk bisa menginfeksi seseorang, yaitu:

Jumlah virus yang cukup
Kondisi dari manusianya apakah dia sedang lemah imunitasnya atau tidak
“Kalau misalnya lewat angin atau ada debu yang kebetulan ditempeli oleh virus, bisa jadi itu jumlah virus nya sudah sangat sedikit dan tidak memenuhi syarat untuk menginfeksi,” tutur dr Adi.

Namun, lanjutnya, kita tidak boleh lengah. Karena dengan cuaca yang seperti ini, sebetulnya daya tahan tubuh manusia juga cenderung mulai menurun.

“Dan itu juga dalam fenomena selama ini di luar masa pandemi, cuaca seperti ini kan lumayan banyak orang yang demam, batuk pilek. Jadi contoh fenomena yang biasa terjadi. Artinya, daya tahan tubuh memang menurun,” ujar dr Adi.

Dalam kondisi saat ini, walaupun misalnya jumlah virus yang terbawa angin tidak terlalu banyak tapi kalau daya tahan tubuhnya juga sedang lemah, bukan tidak mungkin seseorang terinfeksi Omicron.

“Salah satu yang jadi masalah, kadang-kadang kita tidak pernah tahu dapat penularan virus nya itu dari mana. Tapi memang yang sangat dicurigai hingga saat ini adalah melalui droplet, partikel debu atau cairan tubuh yang ditempeli oleh virus,” kata dr Adi.

Kalau memang tidak bergejala, kita juga tidak tahu ada kontak atau tidak dengan penderita Omicron, ada aktifitas bertemu dengan orang lain di luar rumah, mungkin sebaiknya dicek saja sebagai bentuk kewaspadaan.

“Mungkin kitanya kuat, tapi di rumah ada anggota keluarga yang kondisinya lebih lemah dari kita, anak atau orang tua misalnya. Yang ternyata belum di vaksin, atau pernah datang ke tempat vaksin tapi ditolak karena adanya komorbid. Itu juga mesti dijadikan pertimbangan,” ujar dr Adi.

*** (Feby Syarifah/Desk Jabar)

Editor: Dian Toro

Sumber: Desk Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah