TETAP WASPADA OMICRON Transmisi Lima kali Lebih Cepat Dibanding Alfa dan Delta, Diprediksi Maret Ini Puncaknya

- 5 Maret 2022, 16:19 WIB
Covid-19 varian Omicron Mulai merebak di Indonesia, Benarkah Lebih Bahaya dari Varian Sebelumnya?
Covid-19 varian Omicron Mulai merebak di Indonesia, Benarkah Lebih Bahaya dari Varian Sebelumnya? /Satgas covid-19

 

INDOTRENDS.ID - Meski dianggap tidak seganas varian Alfa dan Delta, namun masyarakat diimbau untuk selalu waspada serta jangan abai, karena puncak prediksi akan terjadi di akhir Februari sampai pertengahan Maret 2022.

Tingginya kasus aktif Covid-19 di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir patut diwaspadai. Kemunculan virus corona jenis baru Omicron yang memiliki daya tular lebih cepat dari varian-varian sebelumnya membuktikan bahwa pandemi belum akan segera berakhir.

Baca Juga: INI DIA Cara Sederhana Cegah Covid-19 Termasuk Omicron ala dr Zaidul Akbar: Siapkan Kurma, Madu, dan Air Tajin

Meski tidak seganas varian delta, tetap saja varian jenis baru ini dapat memberikan risiko pada mereka yang rentan, manula, lansia, anak-anak, pasien dengan komorbid dan mereka yang tidak mendapatkan vaksin karena alasan kesehatan.

Dilansir IndoTrends.id dari laman ugm.ac.id, Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) dari Universitas Gajah Mada (UGM), dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D., meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap varian Omicron ini karena transmisinya sangat cepat.

Kementerian Kesehatan RI sebut Omicron bukan tidak berbahaya, namun harus waspada.
Kementerian Kesehatan RI sebut Omicron bukan tidak berbahaya, namun harus waspada.

Kecepatan penularan ini dibuktikan varian Omicron akan mereplace (mengganti) varian Delta hampir di semua negara, termasuk Indonesia.

“Tetap waspada tetapi jangan berlebihan. Ini harus menjadi perhatian karena ada kemungkinan ia akan mereinfeksi terhadap mereka yang sudah vaksin full dosis, apalagi mereka yang rentan, lansia, manula, anak-anak dan mereka yang tidak vaksin," katanya.

Menurut dr. Gunadi, kecepatan penularan varian Omicron 5 kali lebih menular dibanding varian Delta. Padahal, banyak pihak tahu bila varian Delta memiliki penularan lebih cepat dibanding varian Alpha dan varian-varian sebelumnya.

Selain itu, varian omicron memiliki kemampuan mereinfeksi pada pasien-pasien yang sudah divaksin maupun pasien-pasien penyintas. Hal-hal itulah yang kemudian patut diwaspadai dan menjadi faktor utama varian omicron menguasai lebih cepat penyebarannya di Indonesia.

Baca Juga: MAU Cepat Sembuh dari Omicron? Jangan Sentuh Minuman Ini, Lalu Berapa Hari Bisa Sembuh? Ini kata Kemenkes

“Untuk mencapai jumlah yang sama, varian delta perlu berminggu-minggu, sementara varian Omicron dalam hitungan hari. Sehingga mendekati benar jika kemungkinan puncak prediksi akan terjadi di akhir Februari sampai pertengahan Maret," ucapnya.

Gunadi pun mengakui sangat sulit mencegah mobilitas, dan riwayat perjalanan varian baru Omicron dan varian-varian sebelumnya biasanya awalnya dari luar dan setelah masuk baru mengalami transmisi lokal. Sebagian besar pada umumnya mereka tidak bergejala (OTG).

“Tanpa disadari sudah terkena, tidak melakukan testing dan tracing, dan biasanya tidak ketahuan kalau dirinya membawa virus. Untuk Indonesia saat ini kecepatan penularan sudah dipastikan dari transmisi lokal," terangnya.

Meski jumlah terpapar Omicron meningkat dari hari ke hari, Gunadi menilai pemerintah atau Kementerian Kesehatan RI saat ini jauh lebih siap. Berbekal pengalaman saat menghadapi varian delta, kementerian kesehatan telah menyampaikan kesiapan terkait hospitalisasi dalam menghadapi varian Omicron.

“Setidaknya kementerian kesehatan memang sudah menganjurkan untuk yang ringan atau tidak bergejala (OTG) sebaiknya diisolasi terpusat atau isolasi mandiri sehingga rumah sakit fokus untuk mereka yang kritis atau berat," urainya.

Sementara sebagai upaya pengendalian penularan yang cepat, Gunadi menuturkan pemerintah semestinya juga bisa mengambil manfaat keberhasilan pengalaman sebelumnya.

Kebijakan pembatasan sewaktu menghadapi gelombang varian delta bisa dijadikan pertimbangan untuk pengendalian tingginya penularan varian omicron saat ini.

Baca Juga: 'Masker Langka di Awal Pandemi, Oksigen Langka Saat Delta Merebak, Omicron Merebak yang Langka Minyak Goreng'

Artinya dengan mempertimbangkan aspek kesehatan dan aspek-aspek lain, perlu kiranya pemerintah mengambil langkah kebijakan sama seperti di saat menghadapi varian delta. Artinya aktivitas masyarakat betul-betul dibatasi agar varian Omicron tidak menyebar secara cepat.

Ilustrasi gejala Omicron
Ilustrasi gejala Omicron Pixabay

“Stop aktivitas beberapa minggu. Memang tidak langsung kelihatan, tetapi setelah beberapa bulan terlihat turun, dan itu perlu dilakukan kembali," papar Gunadi.

Terkait hal itu, ia pun mengusulkan ke pemerintah pusat untuk mengeluarkan semacam Surat Edaran sebagai panduan untuk daerah-daerah dalam upaya mengurangi penularan. Sehingga jika pemerintah daerah perlu melakukan pembatasan aktivitas masyarakat memiliki panduan yang jelas.

Menurut Gunadi bila dilihat gejalanya varian Omicron memang lebih ringan dari Delta. Dengan hospitalisasi tidak setinggi sewaktu Delta bukan berarti pemerintah dan masyarakat abai. 

Indonesia bisa belajar dari data yang terjadi di Amerika Serikat saat ini. Data di AS saat ini memperlihatkan hospitalisasinya jauh lebih tinggi dibanding saat varian Delta.

***

Editor: Rahman Dhani

Sumber: ugm.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x