10 Puisi 17 Agustus Karya Gus Mus, Asrul Sani, Toto Sudarto, Taufiq Ismail, Kuntowijoyo, Cocok Buat Tirakatan!

- 10 Agustus 2022, 23:13 WIB
Ilustrasi - 10 puisi 17 Agustus karya Gus Mus, Sapardi Joko Damono, Asrul Sani, Toto Sudarto Bachtiar, Taufiq Ismail, Kuntowijoyo, cocok buat Tirakatan
Ilustrasi - 10 puisi 17 Agustus karya Gus Mus, Sapardi Joko Damono, Asrul Sani, Toto Sudarto Bachtiar, Taufiq Ismail, Kuntowijoyo, cocok buat Tirakatan /Portal Bandung Timur/heriyanto/

Baca Juga: KUMPULAN 5 Puisi Karya Chairil Anwar Tema Perjuangan yang Cocok untuk Sambut HUT RI ke-77 pada 17 Agustus 2022

Ilustrasi, lomba membaca puisi
Ilustrasi, lomba membaca puisi

2. Maju Tak Gentar
(Karya: Mustofa Bisri atau Gus Mus)

Maju tak gentar
Membela yang mungkar
Maju tak gentar
Hak orang diserang
Maju tak gentar
"Pasti kita menang!"

3. Pahlawan Tak Dikenal
(Karya: Toto Sudarto Bachtiar)

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda.

Baca Juga: INILAH 60 Ide Lomba 17 Agustus yang Unik, Heboh, dan Anti Mainstream untuk Merayakan HUT Kemerdekaan RI

4. Sebuah Jaket Berlumur Darah
(Karya: Taufiq Ismail)

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan!

5. Putra-Putra Ibu Pertiwi
(Karya: Mustofa Bisri atau Gus Mus)

Halaman:

Editor: Dian Toro


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x