10 Puisi 17 Agustus Karya Gus Mus, Asrul Sani, Toto Sudarto, Taufiq Ismail, Kuntowijoyo, Cocok Buat Tirakatan!

- 10 Agustus 2022, 23:13 WIB
Ilustrasi - 10 puisi 17 Agustus karya Gus Mus, Sapardi Joko Damono, Asrul Sani, Toto Sudarto Bachtiar, Taufiq Ismail, Kuntowijoyo, cocok buat Tirakatan
Ilustrasi - 10 puisi 17 Agustus karya Gus Mus, Sapardi Joko Damono, Asrul Sani, Toto Sudarto Bachtiar, Taufiq Ismail, Kuntowijoyo, cocok buat Tirakatan /Portal Bandung Timur/heriyanto/

INDOTRENDS.ID - Inilah 10 puisi 17 Agustus karya Gus Mus, Sapardi Joko Damono, Asrul Sani, Toto Sudarto Bachtiar, Taufiq Ismail dan Kuntowijoyo, cocok dibaca saat malam Tirakatan HUT Kemerdekaan RI Ke-77 tahun 2022. 

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI, misalnya dengan membaca puisi atau membuat musikalisasi puisi.

Ada banyak penyair puisi atau sastrawan yang membuat puisi menyentuh nan menyayat hati tentang para pahlawan, seperti Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damono, Kuntowijoyo, hingga Mustofa Bisri (Gus Mus).

Ilustrasi, 10 Kumpulan Puisi Tema Pahlawan dan Perjuangan oleh Penyair Terkenal Indonesia pada HUT Kemerdekaan RI ke-77
Ilustrasi, 10 Kumpulan Puisi Tema Pahlawan dan Perjuangan oleh Penyair Terkenal Indonesia pada HUT Kemerdekaan RI ke-77 Instagram @brandasapardi

 

Berikut ini kumpulan puisi bertema pahlawan oleh penyair terkenal Indonesia yang dapat dijadikan referensi.

Baca Juga: LENGKAP! 7 Puisi Tema Pahlawan dan Perjuangan Karya WS Rendra untuk Sambut HUT Kemerdekaan RI ke-77

1. Lagu dari Pasukan Terakhir
(Karya: Asrul Sani)

Pada tapal terakhir sampai ke Jogja
bimbang telah datang pada nyala
langit telah tergantung suram
kata-kata berantukan pada arti sendiri
Bimbang telah datang pada nyala
dan cinta tanah air akan berupa
peluru dalam darah
serta nilai yang bertebaran sepanjang masa
bertanya akan kesudahan ujian
mati atau tiada mati-matinya
O Jenderal, bapa, bapa,
tiadakan engkau hendak berkata untuk kesekian kali
ataukah suatu kehilangan keyakinan
hanya kanan tetap tinggal pada tidak-sempurna
dan nanti tulisan yang telah diperbuat sementara
akan hilang ditiup angin, karena
ia berdiam di pasir kering
O Jenderal, kami yang kini akan mati
tiada lagi dapat melihat kelabu
laut renangan Indonesia.
O Jenderal, kami yang kini akan jadi
tanah, pasir, batu dan air
kami cinta kepada bumi ini
Ah, mengapa pada hari-hari sekarang, matahari
sangsi akan rupanya, dan tiada pasti pada cahaya
yang akan dikirim ke bumi
Jenderal, mari Jenderal
mari jalan di muka
mari kita hilangkan sengketa ucapan
dan dendam kehendak pada cacat-keyakinan
engkau bersama kami, engkau bersama kami
Mari kita tinggalkan ibu kita
mari kita biarkan istri dan kekasih mendoa
mari Jenderal mari
sekali ini derajat orang pencari dalam bahaya
mari Jenderal mari Jenderal mari, mari…

Halaman:

Editor: Dian Toro


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x