"Konflik ini yang berbahaya, dia kehilangan banyak termasuk budi pekerti mungkin, dan terutama kehilangan agama.
Maka dari itu saya membangun ponpes ini agar mereka tetap pada jalur agama yang mereka anut," Shinta Ratri berargumentasi, suatu ketika.
Berusaha Berbaur agar diterima
Menyadari eksistensi waria sering ditentang masyarakat, Shinta Ratri mengajarkan kepada anak didiknya untuk tetap rendah hati di tengah masyarakat.
"Kami terus mendorong mereka untuk berakhlak dan berbaur dengan warga lainnya. Hal itu pasti sulit. Namun ketika berlaku baik di lingkungan tempat kita hidup, banyak hal yang bisa menerima kami apa adanya," kata dia.
Saat masa sebelum pandemi Covid-19, warga sekitar kerap diundang untuk belajar bersama para waria setiap Sabtu sore. Pembelajaran digelar mulai dari berbahasa inggris, cara memasak, hingga merias wajah.
Shinta Ratru tak memungkiri bahwa mengubah pandangan masyarakat pada waria memang tidaklah mudah.
Terlebih dengan budaya yang dianut di Indonesia saat ini yang menolak gender selain laki-laki dan perempuan.
Meski demikian, ia berharap para santrinya sabar dan kuat keyakinan kuat terhadap agama agar mampu menjaga dan memahami yang baik dan buruk untuk mereka.
***