Lalu Umar lanjut bertanya,"Apakah engkau tidak pernah rindu dan ingin bertemu Rasulullah, padahal kau hidup dimasa Rasulullah,kenapa engkau tidak berusaha menemuinya?".
"Kalau soal rindu, rinduku kepada Rasulullah sudah memuncak tak terbendung, setiap kali ada kafilah lewat yang akan berhaji, yang terjadi padaku selalu adalah tangis derai air mata, dan sedih hati yang tak terperi karena aku tidak bisa ikut serta pergi berhaji sekaligus menemui Rasululmenlah", jawab Uwais.
"Lalu kenapa engkau tidak berusaha menemui Rasulullah ?", tanya Sayyidina Umar.
Ditanya demikian maka makin menangislah Uwais, sambil berkata, " Yaa Khalifah Umar, bagaimana mungkin aku bisa berangkat berhaji lalu menemui Rasulullah, sedang dirumahku masih ada Ibuku yang sudah tua yang harus aku tunggu dan aku rawat".
Maka sungguh terkejutlah kedua khalifah itu, seraya berkata, " yaa Uwais..rupanya inilah rahasiamu, kenapa Rasulullah begitu mengistimewakanmu".
Kedua Khalfah itu baru menyadarinya. "Lalu kenapa engkau hari ini bisa berada disini?", lanjut sang Khalifah.
"Ibuku telah meninggal beberapa bulan yang lalu, makanya ketika ada kabilah lewat menuju Mekah, saya menawarkan diri untuk menggembalakan kambingnya, asal aku bisa ikut serta sampai ke Mekah, dan setelah sampai sini ternyata Rasulullah telah tiada", lanjut Uwais.
Sepenggal kisah Uwais Al Qarni mengggugah hati nurani kita, bahwa betapa penting berbakti kepada kedua orang tua, utamanya kepada Ibu.